Washington (ANTARA) - Pentagon membenarkan bahwa serangan roket Amerika Serikat di Baghdad, Irak, pada Jumat pagi menewaskan pimpinan Pasukan Quds Iran, Qassem Soleimani, dan menyebut Soleimani sedang merencanakan serangan terhadap AS di Irak dan Timur Tengah.
"Berdasarkan arahan Presiden, militer AS mengambil langkah pertahanan yang tegas untuk melindungi personel AS di luar sana dengan membunuh Qassem Soleimani," tulis Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Pentagon tuduh IRGC otak di balik serangan tengker di lepas pantai UAE
Dalam keterangan itu juga tertulis, "Serangan ini ditujukan untuk menghalangi rencana serangan oleh Iran pada masa depan," serta ditekankan bahwa AS akan terus mengambil sikap yang diperlukan untuk melindungi warga dan kepentingannya di seluruh dunia.
Pentagon mengatakan bahwa Soleimani mendalangi serangan-serangan di Irak pada beberapa bulan belakangan serta menyetujui "serangan" berupa aksi unjuk rasa di Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak, awal pekan ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Kamis (2/1) menyatakan ada indikasi bahwa Iran atau pasukan milisi yang didukungnya mungkin merencanakan serangan tambahan.
Esper juga memperingkatkan bahwa "permainan telah berubah" dan AS kemungkinan harus mengambil langkah pencegahan untuk melindungi nyawa para warga AS.
Seorang pejabat AS yang berbicara secara anonim menyebut bahwa komandan milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, juga diyakini ikut tewas dalam serangan yang sama, berdasarkan informasi awal yang ia terima, meskipun al-Mahandis bukan merupakan sasaran utama.
Pejabat itu mengaku sadar akan kemungkinan serangan balasan dari Iran dan menyebut bahwa para pejabat militer telah siap mempertahankan diri mereka.
Ia juga mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa AS akan mengirim pasukan tambahan atau perlengkapan militer ke kawasan Timur Tengah.
Sementara itu, Senator Partai Demokrat Chris Murphy, yang adalah oposisi partai Republik tempat Trump bernaung, berkomentar bahwa pembunuhan terhadap Soleimani sang "musuh bagi AS" bisa saja menempatkan AS pada risiko yang lebih tinggi.
"Salah satu alasan mengapa kami tidak melakukan pembunuhan terhadap pejabat politik asing adalah keyakinan bahwa langkah itu justru akan membuat lebih banyak orang Amerika yang terbunuh," kata Murphy melalui cuitan akun Twitter @ChrisMurphyCT.
Mantan Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Niki Haley, menyebut kematian Soleimani "harus diberikan tepuk tangan oleh semua orang yang mengharapkan perdamaian dan keadilan."
Baca juga: Pentagon: Uji coba peluncuran rudal China di Laut China Selatan "menganggu"
Sumber: Reuters
Pewarta : Suwanti
Berita Lainnya
136 desa di Bengkalis implementasikan Siskeudes-Link melalui CMS BRK Syariah
03 May 2024 17:03 WIB
Pond's gandeng 3 wanita berprestasi untuk kenalkan produk terbarunya
03 May 2024 16:55 WIB
Perang 9 bulan bisa hapus 44 tahun laju pembangunan manusia di Jalur Gaza
03 May 2024 16:39 WIB
Nilai tukar rupiah menguat karena dolar AS lanjut melemah setelah pertemuan FOMC
03 May 2024 16:25 WIB
Flek hitam akibat matahari bisa dicegah dengan menggunakan produk pencerah kulit
03 May 2024 16:21 WIB
Penerbangan dari Bandara Internasional Kertajati ke Singapura dibuka September 2024
03 May 2024 15:52 WIB
Panas ekstrem dapat berdampak besar pada kesehatan mental
03 May 2024 15:39 WIB
Menperin Agus Gumiwang pastikan investasi Apple di RI tetap berjalan
03 May 2024 15:16 WIB