Pekanbaru (ANTARA) - Dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau menyimpulkan penyebab kematian gajah Sumatera yang diberi nama Dita adalah akibat infeksi luka pada kakinya yang pernah terkena jerat hingga buntung sebagian.
"Adanya infeksi yang sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui telapak kaki gajah di sebelah kiri," kata Dokter Hewan BBKSDA Riau, Rini Deswita dalam pernyataan pers yang diterima ANTARA di Pekanbaru, Rabu.
Kesimpulan tersebut didapatkan BBKSDA Riau setelah melakukan nekropsi atau bedah bangkai terhadap Gajah Dita pada Selasa (8/10).
Baca juga: Pascakematian gajah Dita, populasi gajah sumatera di Balai Raja tinggal tujuh ekor
Gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) liar tersebut ditemukan mati pada 7 Oktober lalu di Suaka Margasatwa Balai Raja Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis.
Bangkai gajah betina itu berada di kubangan air dengan isi perut sudah keluar. Diperkirakan gajah itu sudah mati lima hari yang lalu.
Rini menjelaskan hasil nekropsi menunjukkan tubuh Gajah Dita tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun keracunan.
"Kesimpulannya Gajah Dita mati karena peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi," ujarnya.
Baca juga: Sejumlah kawanan gajah liar rusak empat rumah warga
Gajah malang tersebut selama ini menderita karena kaki kiri bagian depan tidak utuh lagi pada bagian tapaknya akibat terkena jerat pada sekitar 2014. Pegiat lingkungan bersama BBKSDA Riau berulangkali mengobati gajah betina tersebut dan akhirnya memberi nama Dita.
Pengobatan terhadap satwa bongsor itu pernah dilakukan pada 2014 hingga 2017. Namun, luka pada gajah berusia 27 tahun itu tidak kunjung sembuh dan menyebabkan kaki kiri Dita buntung.
Lokasi matinya gajah merupakan bagian dari Suaka Margasatwa Balai Raja yang kondisinya banyak beralih fungsi dari hutan menjadi permukiman warga, kantor pemerintahan dan kebun kelapa sawit.
Habitat asli gajah sumateraitu, ujar dia, sudah tidak lagi berupa hutan, dan satwa bongsor tersebut kerap dianggap warga sebagai hama yang merusak kebun kelapa sawit.
Luas Balai Raja yang awalnya ditetapkan pemerintah sekitar 18 ribu hektare, kini hanya tersisa sekitar 150 hingga 200 hektare berupa hutan.
Dengan matinya Gajah Dita, populasi gajah sumatera liar di Balai Raja tinggal tujuh ekor berdasarkan data BBKSDA Riau.
Baca juga: Gajah sumatera berkaki buntung Dita, ditemukan mati di Riau
Baca juga: Hujan batu sebesar gajah timpa rumah warga akibat aktivitas pertambangan
Berita Lainnya
Kabar gembira, anak gajah Sumatera lahir di Bengkalis
08 April 2024 20:47 WIB
Polisi periksa eksternal dan internal TNTN terkait matinya gajah Rahman
25 March 2024 22:59 WIB
Dua bulan berlalu, polisi masih selidiki kematian gajah Rahman dengan periksa 12 saksi
18 March 2024 19:25 WIB
Gajah di TNTN mati dengan gading hilang
11 January 2024 14:33 WIB
Anak gajah Sumatera mati usai kaki inveksi terlilit nilon
28 November 2023 11:56 WIB
Rizki, anak gajah di Minas mati terinfeksi virus
13 August 2023 14:54 WIB
Mengenal virus EEHV yang jadi penyebab kematian anak gajah di Kampar
18 January 2023 20:18 WIB
KLHK gencarkan sosialisasi cegah pemasangan jerat lukai gajah
17 November 2021 18:06 WIB