Sosok Hebat di Balik Samudra Awan Bukit Suligi

id sosok hebat, di balik, samudra awan, bukit suligi

Sosok Hebat di Balik Samudra Awan Bukit Suligi

Pekanbaru (Antarariau.com) - Motor utama gerakan sadar wisata Bukit Suligi di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, tidak lepas dari sosok Muhammad Rois Zakaria, Kepala Desa Aliantan. Seluruh kegiatan swadaya untuk memajukan destinasi wisata baru itu dibiayai dari kocek pribadinya.

Ia mengaku beruntung karena keluarganya mendukung kegiatan itu. "Bisa dibilang ini kerja gila, tapi ini sangat bermanfaat. Saya bersyukur keluarga saya mendukung, bahkan isteri dan anak saya juga ikut mendaki bukit itu," kata ayah tiga anak ini.

Rois mengaku juga termotivasi melihat komunitas pemuda yang gemar menelusuri Bukit Suligi dan mencari tempat-tempat wisata baru di Desa Aliantan. Karena itu, ia rela rumahnya dijadikan tempat kumpul pertama bagi pendaki sebelum menuju Bukit Suligi. Setiap pendaki akan diperiksa perlengkapannya dan didata, agar dipastikan steril dari minumal alkohol dan obat terlarang, serta mendapat pengarahan supaya selamat sampai ke tujuan.

Baca juga:Siapkah Anda Untuk Jatuh Cinta Dengan "Samudra Awan" Bukit Suligi??

"Mereka pemuda-pemuda yang kreatif, sayang kalau tidak dibina. Sudah satu tahun ini mereka saya bina demi kemajuan daerah," kata Rois menceritakan alasannya membentuk komunitas sadar wisata The Care Taker.

Menurut Rois, puncak Bukit Suligi dari Desa Aliantan merupakan tempat terbaik untuk melihat langsung "samudra awan" pada pagi hari karena merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian 812 mdpl. Untuk pengunjung yang belum pernah ke sana, Rois mengatakan tidak perlu risau karena komunitas "The Care Taker" bisa mendampingi. Komunitas itu terdiri dari sembilan orang pemuda, dan tiga di antaranya adalah perempuan.

Paket wisata ke puncak bukit hanya dibuka pada akhir pekan, dan maksimal hanya 30 orang agar pengunjung bisa maksimal menikmati keindahan Bukit Suligi.

Komunitas ini mengelola jasa pengantaran, angkut barang, parkir, hingga tenda dan konsumsi. Mereka juga sudah memasang tanda-tanda dan tali di jalur pendakian, serta membuat ornamen hiasan dipuncak bukit yang cocok untuk swafoto (selfie) para pengunjung. Tarif jasa layanan juga bisa disesuaikan dengan kemampuan pengunjung, dan maksimal sebesar Rp50 ribu per orang.

Sejak paket wisata Bukit Suligi mulai diperkenalkan oleh komunitas The Care Taker pada 1 Januari 2016, tercatat sudah ada sekitar 2.000 orang wisatawan lokal ke tempat itu.

Menurut Rois, masih sangat banyak tempat menarik didaerah itu yang bisa jadi tujuan wisata. Sedikitnya ada 11 gua dan 11 air terjun yang bisa dikunjungi setelah dari puncak Bukit Suligi. Salah satunya ada Gua Garuda yang terdapat pahatan batu menyerupai burung garuda dan dipercaya jadi tempat persembunyian prajurit Indonesia saat perang kemerdekaan melawan penjajah.

"Mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah untuk kemajuan pariwisata ini, karena daerah ini merupakan pintu masuk Riau dari arah Sumatera Barat dan Sumatera Utara sehingga wisatawan yang ingin berkunjung ke Pekanbaru juga bisa berhenti di Desa Aliantan," katanya.

Selain itu, ia mengatakan masih banyak misteri peninggalan bersejarah yang belum terungkap dibelantara Hutan Lindung Bukit Suligi. Rois mengatakan memegang sebuah peta menuju peninggalan kuno yang kuat dugaan merupakan candi.

"Candi itu diperkirakan lebih tua daripada Candi Borobudur," katanya.

Para pemuda yang kini tergabung dalam Komunitas The Care Taker, pernah mencoba menelusuri peta tersebut. Saprizal, koordinator komunitas tersebut mengatakan untuk menuju peninggalan kuno itu memakan waktu hingga 12 jam berjalan kaki.

"Di sepanjang perjalanan ditemukan bekas bangunan terbuat dari batu, menuju lembah di tengah dua bukit terdapat tanah datar yang naiknya melalui 11 anak tangga dengan lebar dua meter dan tinggi sekitar satu meter. Di ujungnya ada batu di kanan-kirinya seperti bentuk gapura," kata Saprizal.

Namun, para pemuda itu mengaku belum siap untuk mengeksplorasi tempat itu. Selain karena medannya yang berat, juga karena ada kekuatan "gaib" disana. "Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba ada batu sebesar badan orang jatuh dari puncak bukit menuju ke arah kami," katanya.

Ancaman Deforestasi

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman, mengatakan sangat mendukung Bukit Suligi Desa Aliantan menjadi destinasi wisata baru dari Kabupaten Rohul. Ia menilai termpat tersebut menawarkan keindahan alam, petualangan dan keramahan warganya.

"Tempat ini sangat cocok sebagai tempat wisata minat khusus, menawarkan alamnya yang indah sangat bagus untuk mendaki dan fotografi. Dan saya salut kepada kepala desa dan komunitas pemudanya yang kreatif mengemasnya jadi menarik," kata Fahmizal Usman yang sudah melihat langsung keindahan Bukit Suligi di Desa Aliantan.

Meski begitu, ia mengakui bahwa destinasi wisata itu menghadapi ancaman berupa deforestasi yang mengubah hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit. Bahkan, ketika menjelang siang, suara pekikan kera Siamang langsung berganti menjadi bunyi raungan gergaji mesin yang menebang kayu di hutan lindung itu.

Ketika "samudra awan" berangsur-angsur hilang tersapu angin, bekas tebangan kayu dan pembakaran lahan menjadi pemandangan yang menyedihkan karena menggunduli hutan alam Bukit Suligi.

"Memang saya akui, ini jadi tantangan untuk kita semua bagaimana dampak ekonomi baru dari kelapa sawit terhadap tempat ini. Tidak bisa dipungkiri ekonomi Indonesia paling besar ditopang dari kelapa sawit, dan kedua baru pariwisata," katanya.

Fahmizal berharap Pemerintah Kabupaten Rohul bisa mengoptimalkan peluang yang ada, terutama ketika kesadaran wisata dari masyarakat setempat sudah ada di Desa Aliantan. Pemerintah provinsi juga terus mendorong agar ada minimal satu destinasi wisata andalan baru ditiap kabupaten/kota, dan bisa mendapatkan bantuan untuk pembenahan infrastruktur seperti perbaikan jalan.

"Dinas Pariwisata Provinsi Riau akan mengkomunikasikan kepada pemerintah kabupaten untuk mendukung tempat wisata Bukit Suligi," katanya.

Pada akhirnya, tanpa adanya cinta kepada alam, pesona keindahan di Hutan Lindung Bukit Suligi akan terbuang sia-sia.