Merajut Rasa Kebangsaan di Hari Kebangkitan Nasional

id merajut rasa, kebangsaan di, hari kebangkitan nasional

Merajut Rasa Kebangsaan di Hari Kebangkitan Nasional

Purwokerto, (Antarariau.com) - Setiap tanggal 20 Mei, Bangsa Indonesia kembali mengingat sejarah, tentang sebuah semangat untuk bangkit. Itulah Hari Kebangkitan Nasional .

Memperingati hari, dimana lebih dari satu abad lalu, para pendahulu negeri ini menyadari perlunya bersama-sama membangkitkan rasa kebangsaan, memperkuat rasa persatuan, guna menentang penjajahan.

Lalu bagaimana dengan hari ini?

Bagi Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banyumas, Ridwan mengatakan, pada era sekarang seluruh Bangsa Indonesia perlu menjaga rasa kebangsaan yang telah dibangun oleh para pendahulu.

Generasi penerus perlu mempertahankan api semangat untuk bangkit agar terus menyala.

"Hari Kebangkitan Nasional merupakan momentum bersejarah peletakan dasar bagi kebangkitan nasional dari seluruh komponen bangsa," katanya.

Seluruh komponen bangsa berarti seluruh rakyat Indonesia, apapun agama, suku, ras dan budayanya.

"Sejak semula bangsa ini lahir sebagai wujud kebersamaan yang diikat oleh ikatan nasionalitas dan kebhinekaan," katanya.

Karena itu, sudah selayaknya jika momentum Hari Kebangkitan Nasional menjadi refleksi bagi upaya menumbuhkan kembali komitmen kebangsaan.

Dan juga menjadi momentum untuk meneguhkan kembali komitmen untuk menjaga kebersamaan, dalam kebhinekaan, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Karena negeri ini didirikan oleh segenap rakyat Indonesia, dengan beragam latar belakang, karena semuanya adalah satu, rakyat Indonesia," katanya.

Momentum Hari Kebangkitan Nasional juga dapat dipergunakan untuk sejenak menengok ke belakang.

Betapa pada saat itu, segala perbedaan, segala keberagaman dapat disatukan dengan rasa kebangsaan dan rasa persatuan.

Betapa semangat kebangsaan dan semangat untuk menyatukan keberagaman, terajut dengan baik dan melahirkan Indonesia yang berbeda-beda tetapi tetap satu.

"Sekarang seluruh komponen bangsa juga dapat berkontribusi menyatukan rasa kebangsaan dan semangat menjaga keberagaman sebagai satu hal yang terus menguatkan bangsa ini," katanya.

Identitas Kebangsaan

Sementara itu, bagi Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Edi Santoso i tengah aura Hari Kebangkitan Nasional perlunya mempertahankan identitas kebangsaan.

"Identitas seluruh rakyat Indonesia itu sama, yaitu identitas kebangsaan," katanya.

Karena itu, jika ada kelompok-kelompok tertentu yang mempertegas identitasnya masing-masing, maka dikhawatirkan dapat mengaburkan identitas kebangsaan.

"Contohnya, sekarang banyak ketegangan di media sosial, muncul kelompok-kelompok tertentu, masing-masih kelompok mempertegas identitasnya dan hal itu bisa mengaburkan identitas kebangsaan, sebagai identitas persatuan dan kesatuan," katanya.

Karena itu, media sosial menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh masyarakat agar tidak hanyut dalam arus ketegangan yang dapat mengaburkan identitas kebangsaan.

Apalagi pada saat ini ketegangan di media sosial diperparah oleh berita palsu atau fake news yang turut mempertajam perbedaan dan perselisihan antar kelompok.

Masyarakat juga harus menyadari bahwa ada dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia.

"Pertama, kita harus sadari bahwa kebangsaan dan religiusitas, adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dari bangsa indonesia. Karena bangsa ini lahir dari dua semangat itu, yakni kebangsaan dan religiustitas," katanya.

Kebangsaan adalah kesadaran seseorang bahwa dirinya tinggal di sebuah wilayah yang memiliki ragam budaya, ras, dan agama.

"Kesadaran bahwa kita tinggal di sebuah wilayah yang beragam secara budaya, ras, dan agama, namun disatukan oleh identitas keindonesiaan," katanya.

Sementara itu, religiusitas adalah hal yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih bagi bangsa Indonesia. Karena dimensinya tak semata duniawi, tapi juga ukhrawi. Urusan dunia dan langit sekaligus.

"Itu yang ditunjukkan para pendiri negara dan pahlawan negara, ketika mereka berkontribusi maksimal untuk negara dan bangsa ini," katanya.

Dengan demikian, rasa kebangsaan dengan religiusitas harus terus dirajut agar keduanya bisa saling menguatkan untuk memperkuat nasionalisme warga negara.

Hari Kebangkitan Nasional dapat dijadikan momentum untuk bersama-sama merajut kedua hal tersebut.

Karena yang dapat membuat satu adalah kesadaran dan semangat masing-masing untuk bersama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, para negarawan perlu memberikan contoh.

"Karena masyarakat kita kan paternalistik, perlu keteladanan tokoh. Para elite, pemimpin agama atau masyarakat perlu ketemu, dialog untuk membangun atau mempertegas semangat kebersamaan," katanya.

Sementara itu, Ketua Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Luthfi Mahasin mengingatkan bahwa semua pendiri bangsa sepakat, religiusitas dan nasionalisme itu saling memperkuat.

"Saya kira kalau kita mau belajar warisan para pendiri bangsa, hubungan agama dan semangat kebangsaan itu sudah selesai ya," katanya.

Meski demikian pada saat ini terjadi pasang surut. "Problemnya sampai sekarang semangat itu mengalami pasang surut, dan hal tersebut harus di atasi," katanya.

Menurut dia, salah satu upaya mengatasi hal tersebut adalah melalui bidang pendidikan dengan menyasar seluruh generasi penerus bangsa.

"Saya kira hal yang utama yang bisa dilakukan adalah memastikan bahwa seluruh lembaga pendidikan, di semua jenjang tetap menjaga semangat inklusif dan pluralis," katanya.

Hal itu sangat penting karena lembaga pendidikan memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan.

Karena lembaga pendidikan juga memiliki peran strategis, dalam mencetak generasi-generasi emas, yang mampu menjaga semangat api persatuan dan kesatuan.

"Lembaga pendidikan adalah tempat pertama dan utama untuk menginternalisasi nilai-nilai itu," katanya.