Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menegaskan bahwa rokok elektronik (vape) dan rokok konvensional sama berbahaya untuk kesehatan manusia.
"Vape atau rokok elektronik itu ada tiga persamaan dengan rokok konvensional, sehingga kita katakan keduanya berbahaya," kata Agus dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Agus menjelaskan, persamaan antara vape dengan rokok konvensional ialah kandungan nikotin yang dapat menyebabkan adiksi atau ketergantungan.
Kemudian, keduanya juga dianggap mengandung zat karsinogen, yakni senyawa yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
"Di rokok konvensional, karsinogennya ada di dalam tar. Sedangkan vape ada pada cairannya yang mengandung logam berat," ujarnya.
Selanjutnya, kesamaan antara vape dan rokok konvensional yaitu sama-sama mengandung bahan yang bersifat iritatif sehingga merangsang terjadinya inflamasi atau peradangan.
Menurut dia, bahan-bahan yang digunakan dalam vape juga dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, terutama pada saluran nafas seperti penyakit paru, asma dan berbagai resiko inflamasi sistemik pada penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah.
Terkait polusi udara yang disebabkan oleh uap vape, Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) itu menilai dampaknya paling besar ada di dalam ruangan.
"Polusi udara akibat rokok itu kecil dibandingkan kendaraan. Tetapi di area tertutup yang banyak menggunakan vape maka indoor air pollution-nya akan tinggi," katanya.
Agus menambahkan, perokok vape berisiko mengalami penyakit seperti asma, bronkitis, hingga peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi (Pneumonia).
Selain itu, potensi bahaya dan dampak buruk bagi kesehatan dari polusi udara akibat vape juga berisiko bagi manusia yang berada di sekitar perokok elektronik atau vaper.
Namun demikian, Ia menegaskan belum pernah menemukan kasus perokok vape mengalami penyakit yang disebut "Paru-paru Popcorn", yakni nama lain untuk penyakit bronchiolitis obliterans (BO), suatu kondisi langka yang diakibatkan oleh kerusakan saluran udara kecil di paru-paru.
"Sebelum vape itu ada, penyakit bronchiolitis obliterans sudah terjadi akibat bahan-bahan lain. Sejauh ini saya belum pernah menemukan kasus itu," katanya.
Baca juga: Ahli Toksikologi sebut rokok elektrik atau vape tak memicu gangguan ginjal akut
Baca juga: Siap-siap akan ada fatwa rokok elektrik
Berita Lainnya
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB
Prototipe wahana berawak penjelajah Bulan milik China di tahap pengembangan awal
16 November 2024 13:47 WIB
Studi menunjukkan berjalan kaki diklaim dapat tingkatkan harapan hidup
16 November 2024 13:39 WIB
Film "Ambyar Mak Byar" telah merilis teaser poster terbaru
16 November 2024 13:28 WIB
Ribuan warga kibarkan bendera Indonesia dan Palestina di Perairan Selat Sunda
16 November 2024 13:18 WIB
Presiden Vietnam yakin Indonesia akan unggul di kepemimpinan Prabowo Subianto
16 November 2024 13:05 WIB
Dokter: Air minum dalam kemasan galon tidak menyebabkan kemandulan pria
16 November 2024 13:00 WIB
UNIFIL sebut markasnya dihantam sebuah peluru artileri di Lebanon selatan
16 November 2024 12:45 WIB