Jakarta (ANTARA) - Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Andi Pangerang mengatakan kilatan cahaya yang tampak di langit Yogyakarta adalah pijaran meteor, yang merupakan meteor sporadis.
"Ketika meteor terlihat, tidak terdengar suara dentuman apapun. Meteor ini juga tampak oleh beberapa saksi di Yogyakarta maupun daerah sekitarnya seperti Sukoharjo, Klaten dan Sragen yang tampak berwarna kemerahan," kata Andi dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Lapan: Dentuman di langit Bali diduga berasal dari meteor jatuh
Pada Senin (12/7) malam, sekitar pukul 22.00 WIB, kembali pijaran meteor atau "fireball" diabadikan di Yogyakarta oleh Aryo Kamandanu dari Bantul.
Andi menuturkan fenomena meteor jatuh tidak selalu berasal dari hujan meteor baik mayor (> 10 meteor per jam) maupun minor (< 10 meteor per jam). Meteor yang tidak berasal dari hujan meteor disebut juga sebagai meteor sporadis (sporadic meteor).
Menurut Andi, warna merah yang tampak pada meteor kemungkinan besar berasal dari oksigen dan nitrogen yang berada di atmosfer Bumi.
"Fireball ini umumnya berukuran 20-60 sentimeter atau 1-3 kepalan tangan dan karena ukurannya yang kecil, fireball akan habis terbakar oleh atmosfer Bumi, sehingga tidak memungkinkan untuk jatuh ke permukaan Bumi sebagai batu meteor atau meteorit," ujarnya.
Pada foto yang diabadikan oleh Aryo Kamandanu yang dapat dilihat di akun Instagramnya di http://instagram.com/aryo.akise, meteor tampak berada di sebelah barat rasi Crux (Salib Selatan, Layang-layang, Gubug Penceng) yang saat itu berada di ketinggian 10,9°-14,9° di atas ufuk dan sudah berada di arah 207,9°-213,9° atau arah Selatan-Barat Daya hingga Barat Daya.
Selain itu, meteor tersebut tampak melintasi kedua bintang di konstelasi Centarus yakni Gamma Centauri dan Delta Centauri yang berada di arah 219,6°-221,1° atau arah Barat Daya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meteor tampak dari arah Barat Daya.
Andi menuturkan dengan kondisi langit yang cerah, masyarakat dapat menyaksikan meteor jatuh dengan intensitas maupun ukuran lebih besar, terlebih lagi ketika puncak hujan meteor sedang berlangsung.
Baca juga: Lapan: jangkauan Roket RX-450-5 lebih jauh dari prakiraan
Baca juga: Fenomena gerhana bulan penumbra, Lapan sebut tak khawatirkan pelayaran
Berita Lainnya
Menag akan batasi perjalanan dinas seluruh jajarannya
15 November 2024 17:12 WIB
PLN dorong mahasiswa perguruan tinggi di Riau berinovasi kembangkan teknologi kendaraan listrik
15 November 2024 16:49 WIB
Rasa autentik rempah khas Indonesia di Vientiane, Laos
15 November 2024 16:15 WIB
Presiden Prabowo sampaikan tekad Indonesia lakukan hilirisasi sumber daya
15 November 2024 15:25 WIB
Reses DPD RI ke Riau, harapkan BRK Syariah terus berkontribusi bagi masyarakat
15 November 2024 14:58 WIB
Erupsi Gunung Lewotobi, 29.323 penumpang di Soetta batal terbang
15 November 2024 14:42 WIB
PPN 12 persen, ekonom minta pemerintah agar buat kebijakan pro daya beli
15 November 2024 14:16 WIB
Dekranasda Riau gelar lomba motif tenun dan batik khas Riau, ini pesan Zuliana Rahman Hadi
15 November 2024 14:10 WIB