Phnom Penh (ANTARA) - Kamboja pada Kamis mengakhiri penguncian (lockdown) total di Phnom Penh setelah tiga minggu meskipun pihak berwenang mempertahankan pembatasan yang lebih ketat di beberapa distrik di mana kasus infeksi telah melonjak.
Pengakhiran penguncian total di Phnom Penh itu dilakukan seiring lalu lintas yang sibuk kembali terjadi di beberapa jalan di ibu kota Kamboja.
Kamboja telah mencatat salah satu beban kasus COVID-19 terkecil di dunia, tetapi kasus infeksi telah meningkat dari sekitar 500 pada akhir Februari menjadi 17.621 sekarang, dengan 114 kematian akibat COVID-19.
Baca juga: Polisi tangkap 400 pengunjuk rasa tolak kebijakan "lockdown" di Belanda
Pihak berwenang mencatat 650 kasus baru dan 4 tambahan korban jiwa pada Kamis.
Walaupun para ahli kesehatan memperingatkan bahwa pencabutan pembatasan itu terlalu cepat, langkah penguncian telah memicu kemarahan dari beberapa warga yang menyebut distribusi bantuan makanan tidak memadai.
Pihak berwenang mencabut barikade-barikade pada Rabu malam di zona "kuning" yang ditetapkan sebagai area aman untuk mobilitas, sementara zona "merah" dan "oranye" yang merupakan area dengan tingkat infeksi yang lebih tinggi akan tetap diisolasi hingga 12 Mei.
"Saya meminta agar orang tidak lalai, karena kita hidup di bawah cara hidup baru dalam konteks COVID-19," kata wakil gubernur Phnom Penh, Mean Chanyada pada sebuah konferensi pers.
Area-area yang termasuk dalam zona kuning akan mengalami aktivitas ekonomi dan arus lalu lintas yang lebih besar, tetapi tetap berada di bawah aturan jam malam dari pukul 08.00 malam sampai 03.00 pagi, katanya.
Ketika Phnom Penh dibuka kembali, pihak berwenang juga telah memperkenalkan langkah-langkah pembatasan baru, seperti hanya mengizinkan 50 persen pekerja di pabrik untuk kembali dan dengan prioritas pada mereka yang telah divaksin.
Langkah-langkah lain yang dilakukan termasuk lebih banyak pengujian COVID-19, peningkatan vaksinasi di beberapa area di Phnom Penh yang memiliki kasus infeksi lebih tinggi, dan larangan penjualan alkohol.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Kamboja, Li Ailan, pada Minggu memperingatkan bahwa pelaksanaan pelonggaran pembatasan terlalu cepat.
"Melonggarkan tindakan pembatasan #COVID19 terlalu cepat dan terlalu dini berarti memungkinkan terjadinya lonjakan infeksi," kata Ailan dalam sebuah cuitan di Twitter.
Baca juga: Presiden Macron tak lama lagi akan umumkan pelonggaran pembatasan COVID-19
Baca juga: Hongaria akan longgarkan pembatasan karena jumlah pasokan vaksin COVID-19 mencukupi
Sumber: Reuters
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Berita Lainnya
Menag akan batasi perjalanan dinas seluruh jajarannya
15 November 2024 17:12 WIB
PLN dorong mahasiswa perguruan tinggi di Riau berinovasi kembangkan teknologi kendaraan listrik
15 November 2024 16:49 WIB
Rasa autentik rempah khas Indonesia di Vientiane, Laos
15 November 2024 16:15 WIB
Presiden Prabowo sampaikan tekad Indonesia lakukan hilirisasi sumber daya
15 November 2024 15:25 WIB
Reses DPD RI ke Riau, harapkan BRK Syariah terus berkontribusi bagi masyarakat
15 November 2024 14:58 WIB
Erupsi Gunung Lewotobi, 29.323 penumpang di Soetta batal terbang
15 November 2024 14:42 WIB
PPN 12 persen, ekonom minta pemerintah agar buat kebijakan pro daya beli
15 November 2024 14:16 WIB
Dekranasda Riau gelar lomba motif tenun dan batik khas Riau, ini pesan Zuliana Rahman Hadi
15 November 2024 14:10 WIB