Pekanbaru (ANTARA) - Tim gabungan kesulitan melakukan penggiringan gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) liar di Kecamatan Cirenti Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, karena masyarakat setempat membunyikan meriam karbit sehingga gajah melenceng dari rute yang seharusnya.
“Itulah kendala kita di masyarakat, sementara petugas kita sudah capek sosialisasi dan sudah larang gunakan meriam buatan,” kata Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Andri Hansen Siregar, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu.
BBKSDA Riau dalam operasi gabungan turut melibatkan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan WWF Program Riau untuk menggiring empat ekor gajah sumatera liar untuk masuk ke kantong gajah di lanskap Tesso Nilo.
Ia mengatakan, warga setempat di Cirenti membunyikan meriam karbit dari arah berlawanan dengan petugas. Akibatnya gajah liar yang digiring melenceng sekitar satu kilometer dari rute yang direncanakan.
Pembunyian meriam juga berbahaya bagi petugas karena bisa memicu gajah liar mengamuk.
“Padahal agar tidak masuk ke permukiman, teman-teman di lapangan sudah melakukan blokade pada tengah malam bersama masyarakat,” katanya.
Menurut dia, warga yang membunyikan meriam karbit beralasan untuk menjaga kebun kelapa sawit mereka dari kerusakan gajah liar. Padahal, apa yang dilakukan adalah memperpanjang waktu dan gajah liar tidak akan bisa digiring masuk lagi ke hutan.
Gajah sumatera liar sudah berkeliaran lama di perkebunan warga sejak sebelum Lebaran di Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu. Total ada enam ekor gajah yang keluar dari kantong gajah Tesso Nilo, namun terpecah jadi dua kelompok karena dihalau warga menjadi empat ekor di Peranap dan dua ekor di Kecamatan Kelayang.
Operasi penghalauan sempat melibatkan dua gajah latih, yakni Rahman dan Indro mulai 11 Juni 2019. Operasi itu bertujuan untuk menggiring gajah liar masuk lagi ke area kantong gajah Tesso Nilo.
Namun, hingga berlangsung sekitar 10 hari operasi penggiringan tidak berjalan mulus karena berbagai kendala. Akhirnya, gajah latih sakit akibat kelelahan. Selain itu, dari analisa di lapangan, diduga kedua gajah latih itu mengalami kekurangan asupan gizi dan sumber makanan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Jadi harus ada penanganan khusus agar kedua gajah bisa pulih seperti sediakala.
“Ada indikasi gajah mengalami kelelahan dan gangguan pencernaan karena kotorannya berwarna hitam dan ada cacingnya. Ini karena asupan makanan untuk kedua gajah latih yang tidak terkontrol,” katanya.
Akhirnya kedua gajah latih ditarik pulang ke Taman Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan.
Baca juga: Waduh, pasukan gajah latih Riau sakit cacingan setelah 10 hari halau gajah liar
Baca juga: Sudah saatnya berbagi ruang dengan Gajah Sumatera
Baca juga: Setelah tertunda sehari, operasi halau gajah liar di Riau dimulai
Berita Lainnya
Gajah Sumatera ditemukan mati terseret arus sungai di Bali
17 December 2024 13:55 WIB
Keberlanjutan program konservasi gajah Sumatera, Hutama Karya siapkan 7000 bibit pohon pakan alami
28 November 2024 15:03 WIB
BKSDA catat masih ada 120 ekor gajah Sumatera yang hidup di TNBT Jambi
14 November 2024 16:48 WIB
Gajah sumatera lahir di TWA Buluh Cina
05 November 2024 16:35 WIB
Sengarun, gajah tertua yang tangani puluhan konflik di Riau
28 June 2024 15:21 WIB
Kabar gembira, anak gajah Sumatera lahir di Bengkalis
08 April 2024 20:47 WIB
Polisi periksa eksternal dan internal TNTN terkait matinya gajah Rahman
25 March 2024 22:59 WIB
Warga Pangkalan Kuras diserang gajah liar yang masuk kebun
24 March 2024 20:26 WIB