Siak, Riau, (ANTARA) - Pada tahun 2008, Muhammad Nur masih bekerja di PT Indah Kiat Pulp and Paper, Perawang, Kabupaten Siak dengan gaji masih Rp400 ribu per bulan. Pada suatu ketika saat gajian dia membeli pot bunga plastik karena hobinya merawat tanaman.
Akan tetapi dia ditegur oleh istrinya karena masih banyak kebutuhan pokok lainnya yang harus dibeli. Bahkan hutang pun masih ada di kedai-kedai. Pada saat bekerja di pabrik dia pun termenung hingga akhirnya timbul ide dari lokasi pekerjaannya.
Hal tersebut yakni tali pengikat kertas yang terbuat dari plastik atau tali strapping yang terbuang. Diketahui pabrik kertas itu mengekspor kertas ke negara Eropa namun tali pengikatnya dari pabrik tidak disertakan sehingga dibuang.
Melihat hal itulah terpikir oleh M Nur untuk memanfaatkannya menjadi pot bunga. Kebetulan ini juga bisa menjadi peredam kemarahan istrinya atas hobinya membeli pot bunga. Akhirnya ia pun membuat anyaman pot bunga dari tali plastik pengikat kertas bekas tersebut.
"Itu awalnya pertama, pot bunga juga produk saya yang pertama. Tali itu dikumpulkan dan saya minta ke Bos PT IKPP Pak Hasanuddin untuk pengembangan ekonomi masyarakat dan dia setuju. Awalnya anggota 3 orang buat anyaman pot bunga, keranjang, dan tikar," ujarnya ketika ditemui Juni 2025 ini.
Pada saat itu lanjutnya kondisi di Perawang juga banyak yang tidak punya pekerjaan setelah tutupnya perusahaan kayu lapis. Pekerjaan ibu-ibu dan bapak-bapak saat itu serabutan, sehingga dengan tutupnya perusahaan kayu lapis mereka tidak ada pekerjaan. Dari sana terbersit niat dan tujuan untuk mengembangkan ekonomi mereka agar mereka ada pekerjaan.
Membuat anyaman tersebut menurutnya dilakukan secara otodidak hingga akhirnya sudah ada produk keranjang belanja, keranjang sepeda motor, tikar, bakul pakaian, pot bunga, hingga dinding kolam. Ia pun menamakan tempatnya dengan IKM Tunas Harapan di Kampung Tualang, Kecamatan Tualang.
Kerajinan ini pun terdengar oleh pemerintah dan tahun 2010 dipanggil oleh Gubernur Riau utk ikut kompetisi pengembangan ekonomi masyarakat tingkat provinsi. Kelompoknya pun raih Juara I. Lanjut juga pada 2014 tingkat nasional pihaknya pun meraih Juara III pengembangan ekonomi masyarakat.
Pada 2014 ia pun mengundurkan diri dari untuk fokus membina masyarakat dan memasarkan produk anyaman. "Selama 6 tahun saya sambilan jual dulu pakai sepeda motor gerobak ke seluruh Riau. Setelah berhenti baru jual ke luar daerah," ucapnya.
Untuk bahan baku dari PT IKPP ia pun meminta untuk dilakukan pembayaran dan tidak mau gratis. Menurutnya kalau gratis bahan baku nanti malah disia-siakan, sementara kalau ada pembayaran pihaknya akan disiplin karena merasa sudah mendapatkannya.
"Tapi bahan baku ini kadang terputus karena permintaan tidak sering. Tersedianya tergantung eskpor, karena tali plastik pengikat itu harus dipotong kalau diekspor," sebutnya.
Saat ini pasarnya tak hanya Riau saja namun sudah merambah lima provinsi mulai Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, dan baru-baru ini sudah tembus Aceh. "Dulu pemasarannya saya langsung ke pasar, tahun 2021 baru sistem grosir ada orang langsung datang ke sini," ungkapnya.
Dalam satu bulan seluruh produksi mencapai 1.000 unit dan dibuat di rumah masing-masing. Hal itu agar pengrajin ini masih bisa di rumah menjaga anak dan dekat keluarga. Sedangkan di IKM Tunas Harapan untuk penyelesaian saja.
Omset yang dihasilkan lebih kurang Rp65-70 juta per bulan dengan Rp50 juta dibagikan ke anggota, sisanya untuk biaya bahan baku dan lainnya. Akibat tingginya penjualan saat ini bahan baku yang tersedia selama satu bulan sebanyak 4 ton masih kurang.
"Karena permintaan sudah banyak. Kalau bahan nambah bisa lebih kencang lagi, sekarang 16 hari kerja sudah habis bahannya," tambahnya.
Untuk harga dikatakannya tikar Rp50 ribu per meter, keranjang motor Rp135 ribu, keranjang belanjaan 23-26 ribu. Untuk tikar bisa dipesan sesuai dengan berapa panjang yang dibutuhkan.
Sementara itu Public affair Head PT IKPP, Armadi menyampaikan kegiatan anyaman strapping (tali pengikat) yang dilakukan Kelompok Kerajinan Tunas Harapan Tualang-Perawang Kabupaten Siak selama ini adalah merupakan Binaan PT IKPP Tbk Perawang sebagai bentuk komitmen perusahan terhadap masyarakat disekitar perusahaan melalui "Program Community Development".
Aktifitas mendaur ulang strapping bekas (limbah) menjadi anyaman sebagai produk kerajinan yang inovatif dan berkelanjutan, merupakakan bagian dari ekonomi sirkular (circular economy) dengan memanfaatkan strapping bekas pengikat pallet.
Kelompok Pengrajin saat ini mempekerjakan lebih 45 Ibuk-Ibuk rumah tangga yang menjadikan produk inovatif dan bernilai tanpa meninggalkan tugas pokok sebagai Ibuk Rumah tangga baik sebagai istri maupun sebagai panutan anak-anak.
"Perusahaan memberikan ruang dan kesempatan untuk memprioritaskan kelompok pengrajin binaannya untuk mendapatkan pasokan bahan baku strapping di perusahaan dan juga melibatkan mereka dalam berbagai workshop maupun seminar untuk pengembangan keahlian dan peningkatan perekonomian masyarakat disekitar operasional perusahaan," katanya