Pekanbaru (ANTARA) - Anggota DPRD Kota Pekanbaru melayangkan protes keras terhadap laporan SETARA Institute yang menempatkan ibu kota Provinsi Riau itu dalam daftar 10 kota paling intoleran di Indonesia berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) 2024.
Dalam laporan yang dirilis lembaga riset tersebut, Pekanbaru berada di urutan kelima dengan skor 4,320, di bawah Kota Banda Aceh dan di atas Bandar Lampung.
Penilaian dilakukan berdasarkan sejumlah indikator, termasuk regulasi pemerintah kota, pernyataan publik pejabat, serta tindakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas.
Merespons temuan tersebut, Anggota DPRD Pekanbaru dari Fraksi PDI Perjuangan Zulkardi menyatakan keberatan dan mempertanyakan validitas data yang digunakan.
“Saya langsung terkejut pas baca berita itu ada nama Kota Pekanbaru di dalam daftar. Pekanbaru masuk kota intoleran? Mengada-ada ini SETARA Institute,” kata Zulkardi kepada ANTARA, Minggu.
Ia menilai laporan tersebut tidak berdasar dan mencemarkan nama baik kota yang selama ini dikenal damai dan multikultural.
“Kita minta mereka harus ada dasar dan kajiannya mengapa Pekanbaru masuk dalam hasil risetnya. Kalau mereka tidak bisa menjabarkan, kita akan tuntut. Dengan adanya berita seperti ini bisa menimbulkan kegaduhan di Pekanbaru,” tegasnya.
Zulkardi menyoroti bahwa selama ini masyarakat Pekanbaru hidup berdampingan secara harmonis tanpa konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
“Pekanbaru ini negeri Melayu. Orang Melayu itu toleransinya tinggi. Hampir semua agama dan suku ada di sini. Selama ini kita damai-damai saja,” ujarnya.
Ia meminta SETARA Institute memberikan klarifikasi secara terbuka terkait parameter dan metodologi yang digunakan dalam penilaian. Menurutnya, penetapan semacam itu berisiko memicu salah paham di tengah masyarakat dan menimbulkan kesan keliru terhadap citra kota.
“Kalau intoleran, tentu banyak terjadi kegaduhan. Tapi selama ini kehidupan sosial masyarakat Pekanbaru damai dan tenteram. Mereka turun ke lapangan gak? Tak betul ini data yang mereka keluarkan,” kata Zulkardi.
Untuk itu, ia mengajak masyarakat agar tidak terpancing dan tetap menjaga kerukunan serta persatuan di tengah beragam latar belakang yang ada di Pekanbaru.
“Framing Pekanbaru sebagai kota intoleran itu sangat berlebihan. Padahal selama ini kita menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Diketahui, dalam laporan SETARA Institute tahun 2024, sepuluh kota dengan skor Indeks Kota Toleran terendah adalah: Parepare (3,945), Cilegon (3,994), Lhokseumawe (4,140), Banda Aceh (4,202), Pekanbaru (4,320), Bandar Lampung (4,357), Makassar (4,363), Ternate (4,370), Sabang (4,377), dan Pagar Alam (4,381).