Pekanbaru (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Riau menormalisasi Sungai Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir sepanjang 10 Km gunakan anggaran 2024 karena Sungai Reteh mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan semak belukar.
"Normalisasi dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi penampung sungai, yakni dengan menggali sedimentasi agar sungai menjadi lebih dalam sehingga aliran air sungai semakin lancar. Sungai yang dinormalisasi berfungsi juga sebagai pengendali banjir," kata Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA), Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Kawasan Pemukiman Pertanahan (PUPR-PKPP) Riau, Yufendri, di Pekanbaru, Rabu.
Ia mengatakan sungai sudah pernah dikeruk pada Agustus 2023, namun saat ini kondisi Sungai Reteh kembali mengalami pendangkalan sehingga seringkali daerah aliran sungai meluap dan banjir mengenangi jalan saat hujan turun.
Sungai reteh melintasi tiga desa, yakni Desa Kayu Raja, Kuala Keritang, dan Kota Baru Keritang, Kecamatan Keritang.
"Pekerjaan normalisasi Sungai Reteh merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Riau dan menindaklanjuti instruksi Gubernur Riau Edy Natar Nasution untuk mengantisipasi banjir maka pekerjaan normalisasi Sungai Reteh secara swakelola dilakukan melalui bidang SDA dan menggunakan alat amfibi milik UPT Peralatan," katanya.
Selain itu, sungai yang mengalami pendangkalan juga mengakibatkan nelayan sulit mencari ikan sebagai salah satu sumber mata pencarian masyarakat setempat.
Yufendri mengatakan saat ini alat berat/ekskavator amfibi sudah mulai mengeruk sedimentasi di dalam sungai tersebut yang dikendalikan operator dan petugas lapangan. Untuk membersihkan Sungai Reteh tersebut membutuhkan waktu lima bulan lebih.
"Sebelum sedimentasi di sungai dikeruk, terlebih dahulu rumput-rumput yang tumbuh liar harus dicabut dan dibuang, masih menggunakan alat berat itu," katanya. T.F011