Kota Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau segera membentuk tim Satgas penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak menyusul ditemukan PMK pada lima ekor ternak di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) guna mencegah dan menanggulangi wabah penyakit hewan ternak di daerah ini.
"Memang sudah ditemukan lima kasus ternak di Rohul positif diserang terkena PMK, berdasarkan hasil pemeriksaan sampel yang kita kirim ke Balai veteriner Bukittinggi," kata Kepala Dinas PKH Provinsi Riau, Herman, dalam keterangannya di Pekanbaru, Kamis.
Herman mengatakan, dibentuknya tim Satgas ini guna mengantisipasi penyebaran PMK pada hewan ternak, seperti sapi dan kerbau. Sebab penyakit tersebut lebih cepat penyebarannya daripada Lumpy Skin Disease (LSD) atau biasa disebut penyakit kulit benjolan.
"Minggu depan kita akan mengumpulkan dinas peternakan kabupaten dan kota untuk membahas antisipasi penyebaran PMK di daerah. Sebab kemarin kasus di Rohul itu setelah ditelusuri ternyata sapi itu berasal dari Sumatera Utara (Sumut)," ujarnya.
Herman mengakui untuk mengantisipasi masuknya sapi dari luar provinsi, mengandalkan posko pemeriksaan hewan ternak Dinas PKH Riau selain itu harus melibatkan kabupaten/kota.
"Kalau sama-sama bergerak, maka kita lebih cepat mendeteksi hewan ternak yang terpapar PKM, sebab ada juga temuan ternaknya masyarakat yang terindikasi PMK namun tidak mau melaporkannya," katanya.
Kasus PMK pertama kali ditemukan oleh petugas setelah adanya gejala-gejala yang ditemukan pada sapi di Rohul. Dari gejala itu, petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau melakukan pengambilan sampel pada 20 Mei 2022. Setelah dilakukan pemeriksaan, hasilnya ada lima ekor sapi yang terkonfirmasi positif terkena virus penyakit mulut dan kuku.
Ciri-ciri dari hewan ternak terjangkit PMK yakni demam, luka pada mulut dan kaki serta keluarnya air liur yang berlebihan. Sapi yang terkonfirmasi PMK merupakan sapi berasal dari Sumatera Utara pada Ramadhan 2022. ***3***T.F011