Bonek Protes Harga Makanan Di Pekanbaru Mahal

id bonek protes, harga makanan, di pekanbaru mahal

Pekanbaru, (antarariau) - Puluhan Bonek yang merupakan suporter Tim Sepak Bola Jawa Timur, Kamis, di halaman PB-PON memprotes harga sejumlah makanan di Riau yang begitu mahal pada saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVIII/2012.

Protes mahalnya harga makanan itu diutarakan para Bonek di sela demonstrasi terkait konflik cabang olahraga sepak bola pada PON XVIII/2012 di Riau dimana Tim Jawa Timur didiskualifikasi setelah sempat mendapat kesempatan usai kesalahan administrasi Tim Jawa Barat.

"Semua makanan di Riau mahal-mahal kami tak sanggup makan tiga kali sehari," kata Antoni, seorang Bonek yang turut dalam aksi tersebut.

Tidak hanya makanan, menurutnya sejumlah tarif hotel di Riau sejak penyelenggaraan PON juga cenderung mahal sehingga membuat pihaknya cukup kewalahan.

"Kami berharap harga makanan lah khususnya. Kalau bisa 'diturunin' jangan mahal-mahal," katanya.

Protes mahalnya harga makanan itu dilakukan oleh massa Bonek dengan sambil menyanyi, memplesetkan sejumlah lagu terkenal secara bersama-sama.

Aksi tersebut dilakukan di depan Kantor Panitia Besar PON (PB-PON) di Jalan Gajah Mada Pekanbaru.

Namun aksi tersebut pada intinya adalah memprotes keputusan Ketua KONI Pusat Tono Suratman yang mendiskualifikasi tim kesayangan mereka pada PON XVIII/2012 di Riau.

"Kami menganggap keputusan yang dikeluarkan oleh Tono Suratman merupakan keputusan yang menyalah karena tidak dilandasi oleh dasar yang jelas," kata Surin Welangon selaku koordinator aksi demonstrasi itu.

"Padahal keputusan dewan hakim yang menyatakan bahwa Jatim dan Jabar masuk dalam daftar," katanya.

Ketua Pengurus PSSI Jatim Wardy Azhari di kesempatan sama juga menyesalkan keputusan PSSI Pusat Tono Suratman.

Menurutnya tidak boleh seorang pun bisa mengintervensi keputusan dewan hakim yang memutuskan diskualifikasi Tim Jawa Barat yang telah menyalahi aturan administrasi.

Aksi protes mahalnya makanan di Riau serta terkait konflik cabang olahraga sepak bola pada PON XVIII itu berlangsung damai meski tanpa pengawalan aparat kepolisian.