Jakarta (Antarariau.com)- Terapi kombinasi untuk peremajaan kulit alias Combination Rejuvenation Treatment (CRT) bisa jadi solusi untuk Anda yang terlalu sibuk atau malas bolak-balik ke dokter kulit.
Dokter spesialis kulit dan kelamin Radityo Anugrah di Jakarta, Selasa, menjelaskan terapi kombinasi ini cocok untuk pasien yang sibuk serta ingin mendapat perawatan yang lebih ringkas dengan hasil lebih cepat.
Mereka yang malas atau kondisinya tidak memungkinkan untuk memakai krim perawatan kulit misalnya perempuan hamil juga bisa memilih terapi kombinasi sebagai alternatif.
Terapi kombinasi menggabungkan beberapa perawatan peremajaan kulit. Prosedurnya bisa terdiri dari paduan teknologi terkini dan terdahulu.
Radityo memaparkan kelebihan terapi kombinasi, di antaranya hasil rejuvenasi yang lebih optimal, dapat terlihat dalam durasi lebih singkat serta lebih efektif.
Namun, patut diingat bahwa terapi kombinasi ini biayanya relatif lebih mahal karena satu kali perawatan CRT terdiri dari beberapa tindakan medis.
Terapi kombinasi terdiri dari peeling, mikrodermabrasi, radiofrekuensi yang digabung dengan proses terbaru seperti Laser QS DfYag, Laser CO2 Fractional dan Hiperbarik O2.
Selain itu, CRT memiliki risiko lebih besar sehingga harus dikerjakan oleh dokter kompeten. Selain itu, waktu pengerjaannya lebih lama dari perawatan biasa.
Berita Lainnya
Kenali penyebab penuaan dini kulit hingga terapi agar kulit awet muda
09 January 2024 9:46 WIB
Lari bisa jadi terapi tambahan untuk mengatasi kecemasan dan depresi
13 October 2023 13:13 WIB
Terapi seluler bisa jadi pilihan untuk pengobatan pasien leukemia
09 November 2021 12:09 WIB
Cara memahami perasaan dan emosi melalui terapi seni
22 September 2021 10:21 WIB
Kimia Farma nyatakan tiga obat terapi COVID-19 didistribusikan melalui rumah sakit
15 July 2021 16:24 WIB
PT Kimia Farma sedang produksi tiga varian obat terapi COVID-19
07 July 2021 13:18 WIB
Kemensos terapkan terapi seni untuk tumbuhkan kewirausahaan
25 November 2020 11:10 WIB
WHO bersikap sangat hati-hati soal terapi plasma COVID-19
25 August 2020 11:06 WIB