Pekanbaru (Antarariau.com) - Ketua Lembaga Alam Melayu (LAM) Riau, Destrayani Bibra mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap memperkokoh budaya Melayu yang sarat dengan ajaran dan petunjuk dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"MEA memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas antarnegara anggota ASEAN. Selain ekonomi tentu juga masuknya budaya asing ke negeri ini," kata dia di Pekanbaru, Senin.
Destrayani menyakini bahwa budaya Melayu Riau tidak akan mudah tergerus pengaruh budaya asing dari negara yang lebih dekat seperti Brunai, Malaysia, Singapura dan lainnya jika masyarakatnya kokoh melaksanakan adat Melayu.
Ia mengatakan, budaya Melayu Riau yang berada di negeri Sumatera Tengah ini unggul dengan keramahtamahannya serta kaya dengan berbagai adat-istiadat dan budaya yang tidak akan pernah luntur.
"Sejak turun temurun budaya dan adat istiadat telah diwariskan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti festival lampu colok atau petang balimau," katanya.
Ia menjelaskan, festival lampu colok merupakan agenda tahunan masyarakat Riau yang memaknai bahwa sebuah tradisi masyarakat daerah ini dalam menyambut malam Lailatul Kadar yang saat itu listrik belum ada.
Jadi, katanya lagi, lampu colok (lampu berminyak tanah) dihidupkan oleh semua warga sehingga bisa menerangi seluruh kampung saat bulan puasa.
Sedangkan petang balimau adalah tradisi yang digelar masyarakat Melayu--dengan persentase tertinggi adalah pemeluk Islam--itu dengan mandi balimau untuk menyambut bulan puasa Ramadhan.
"Kedua tradisi itu tiap tahun masih digelar pada setiap daerah, dan ini menjadi kegiatan unggulan bagi daerah dikenal Bumi Lancang Kuning itu," katanya.
Karena itu, budaya ini harus terus diperkokoh terus dan yang bertanggunga jawab adalah tokoh masyarakat, ulama, generasi muda, kaum ibu dan lainnya agar masyarakat daerah ini tidak terpengaruh budaya negatif dalam era MEA.
MEA tidak bisa dihindari karena berawal pada KTT yang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada 1997. Para pemimpin ASEAN akhirnya memutuskan untuk melakukan pengubahan ASEAN menjadi suatu kawasan makmur, stabil dan sangat bersaing dalam perkembangan ekonomi yang berlaku adil dan dapat mengurangi kesenjangan dan kemiskinan sosial ekonomi.
Kemudian dilanjutkan pada KTT Bali pada Oktober 2003, para pemimpin ASEAN mengeluarkan pernyataan bahwa MEA akan menjadi sebuah tujuan dari perilaku integrasi ekonomi regional di tahun 2020 dan beberapa komunitas sosial budaya ASEAN merupakan dua pilar yang tidak bisa terpisahkan dari komunitas ASEAN.
Berita Lainnya
KAHMI Ajak Anak Muda Optimis Hadapi MEA
30 January 2017 17:10 WIB
KAHMI Riau Seminar Kesiapan Anak Muda dan UMKM Hadapi MEA
26 January 2017 20:55 WIB
Hadapi MEA, Gubri Imbau Pelajar SMK Untuk Tidak Cengeng
13 December 2016 22:45 WIB
KADIN Riau Persiapkan Ribuan UMKM Hadapi MEA
31 October 2016 21:05 WIB
Pelantikan IPM-Kesri, Dinkes Riau: Tenaga Kesehatan Harus Sigap Hadapi MEA
06 August 2016 14:42 WIB
FKMKI: RTMPE Program Solusi Hadapi MEA
15 July 2016 10:14 WIB
Hadapi MEA, Profesor: Pemerintah Daerah Perlu Buat Website Khusus UMKM
23 May 2016 12:57 WIB
Peringati OTDA ke-20, Wabup: Mantapkan Otonomi Daerah Hadapi Tantangan MEA
25 April 2016 16:42 WIB