Kesederhanaan itu baiknya seperti bunga Melati; berbau harum yang menjadi lambang kesucian dan kemurnian serta cermin keelokan budi.
Mobil sederhana itu di himpit puluhan kendaraan mewah seharga miliaran rupiah, saat terparkir di halaman sebuah hotel bintang lima di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Ketika itu, Sabtu (8/11), pemiliknya sedang menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) Bank Riau-Kepri (BRK) yang salah satu agendanya adalah penunjukkan calon direktur utama perusahaan perbankan milik pemerintah daerah itu.
Sejak satu pekan terakhir, setelah temuan itu, mobil Innova bernomor polisi BM 2 R tersebut kerap ditemui di sejumlah tempat diselenggarakannya acara pemerintahan. Yang ternyata, pemiliknya adalah orang yang kini menjabat sebagai pelaksana tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman.
Tampilan sederhana Arsyadjuliandi sontak mengagetkan berbagai kalangan masyarakat. Daerah yang dikenal sebagai lautan minyak yang kering ini seakan baru menemukan pemimpin berani tampil tanpa kemewahan.
Sejumlah gubernur terdahulu bahkan kerap menganggarkan mobil dinas mewah lebih dari satu, namun "balasannya" malah kesengsaraan. Semisal Rusli Zainal, pada 2009 sesungguhnya dia telah diberi jatah mobil Toyota Crown Majesta 3.000 cc seharga Rp 1,8 miliar, namun kembali dianggarkan untuk mobil jenis jip seharga Rp 2,3 miliar sehingga total APBD yang terhamburkan untuk mobil dinas satu pejabat mencapai Rp4,1 miliar.
Dua unit mobil mewah tersebut kemudian diwariskan ke Gubernur Riau yang baru setelah pemilik lamanya tersangkut kasus korupsi Pekan Olaharaga Nasional (PON) dan izin kehutanan. Rusli dijatuhi hukuman penjara 14 tahun namun dipotong oleh Pengadilan Tinggi menjadi sepuluh tahun kurungan setelah banding.
Kemewahan seakan menjadi "neraka" bagi kalangan pejabat di daerah ini. Terakhir mungkin karena tabiat itu pula yang menjerumuskan Gubernur Riau Annas Maamun. Padahal dia baru saja menjabat kurang dari delapan bulan sejak dilantik pada 19 Februari 2014.
Dia diamankan dalam operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada akhir September lalu dan ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap alih fungsi lahan dan ijon proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2014.
Sesungguhnya, mobil-mobil mewah tersebut nantinya akan jatuh ke tangan pewaris ketiga, Arsyadjulaindi Rachman. Namun sebelum ancaman "karma" itu datang, dia mengambil langkah kesederhanaan yang sebelumnya dimiliki Presiden Joko Widodo sejak menjadi Wali Kota Solo hingga Gubernur DKI Jakarta.
Dengan demikian, maka keterkejutan masyarakat Riau atas penampilah sederhana Plt Gubernur Riau saat ini adalah hal yang wajar. Namun pemiliknya menyatakan; "Penggunaan mobil dinas sederhana jenis Toyota Innova dilakukan sesuai dengan keadaan sebagai langka penghematan anggaran yang baiknya diarahkan pada program-progam pro rakyat".
Keberanian Arsyadjuliandi Rachman lainnya adalah, sebelumnya dia juga memastikan membatalkan proyek pengadaan mobil dinas senilai sekitar Rp70 miliar untuk unsur pimpinan dan anggota DPRD Riau, serta pejabat eselon II dan III di lingkungan Pemprov Riau.
"Mengenai mobil itu sudah dibatalkan untuk ketua, anggota (DPRD) dan juga yang untuk Pemda," kata Arsyadjuliandi.
Ia mengatakan alasan pembatalan disebabkan proyek pengadaan mobil tersebut menjadi sorotan publik karena dinilai sebagai pemborosan uang rakyat, dan menyalahi aturan.
Selain itu, ia pun menyadari bahwa mulai sekarang pemerintah daerah harus melakukan penghematan terhadap anggaran belanja tidak langsung dan mengalokasikan lebih besar untuk pembangunan, seperti yang diamanatkan oleh Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pengadaan mobil dinas untuk unsur pimpinan DPRD, lanjutnya, harus sesuai dengan aturan bahwa tidak boleh lebih besar dibandingkan kepala daerah.
Apreasiasi
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mengapresiasi kesederhanaan pelaksana tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman yang "mengandangkan" mobil mewah dan berdinas menggunakan mobil Toyota Innova.
"Ini adalah salah satu bentuk kerja nyata konkret yang dilakukan oleh pelaksana tugas gubernur," kata Koordinator FITRA Riau, Usman.
Ia mengemukakan walau kesederhanaan ini lahir bukan dari insiasi sendiri, namun tetap saja akan berdampak positif bagi pemerintahan daerah yang selama ini para pejabatnya dikenal dengan kemewahan.
Sebagai organisasi pemerhati, lanjutnya, FITRA tidak hanya mengkritik pemerintahan, namun juga mengapreasiasi setiap tindakan yang prorakyat, salah satunya yang ditunjukkan oleh Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi.
Ini artinya, kata dia, telah mulai ada perubahan dan pergeseran yang baik dari pejabat tinggi pemerintah daerah yang harusnya menjadi contoh bagi pejabat-pejabat lainnya yang bertugas di lingkungan Pemprov Riau.
Usman juga menyatakan, jika pelaksana tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menggunakan mobil Innova senilai kurang dari Rp400 juta, maka pejabat eselon setingkat kepala dinas harusnya memakai Avanza senilai kurang Rp250 juta.
"Ini akan menekan biaya untuk kendaraan operasional para pejabat yang selama ini sangat besar," katanya.
Menurut dia, kesederhanaan Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman harus diikuti oleh kalangan pejabat eselon setingkat kepala dinas yang selama ini cenderung "bergagah-gagahan" menggunakan mobil mewah.
Jika itu dilakukan, kata Usman, maka akan berpotensi ada penghematan anggaran cukup besar, diperkirakan mencapai 50 persen dari pengeluaran untuk mobil dinas sebelumnya.
"Bayangkan saja, kalau seandainya mobil kepala dinas atau kepala badan itu jenisnya setara Pajero yang seharga lebih Rp400 juta per unit, dikalikan 34 pejabat, maka nilainya sudah mencapai Rp13,6 miliar," katanya.
Namun kalau mobil tersebut diganti dengan Avanza yang per unitnya sekitar Rp200 juta, maka anggaran yang dibutuhkan hanya Rp6,8 miliar. Dengan demikian, menurut dia ada penghematan anggaran sebanyak 50 persen atau sekitar Rp6,8 miliar yang tentunya bisa dialokasikan pada program yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
"Itu masih ilustrasi hitung-hitungan kotor saja. Yang jelas perilaku sederhana Plt Gubernur Riau saat ini sudah berdampak positif bagi pemerintahan yang selama ini terkesan dipenuhi oleh pejabat yang cenderung mewah," katanya.
Menular
Perubahan penampilan Arsyadjuliandi juga menulari beberapa pejabat daerah setingkat wali kota dan bupati. Semisal Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT. Dia yang sebelumnya mendapat kritikan publik karena membeli tenda senilai Rp2 miliar yang di tempatkan di halaman rumah dinas, kini berani tampil sederhana dengan mengganti pemakaian mobil murah dalam melakukan tugasnya sehari-hari, menjelang penaikan harga BBM bersubsidi.
Firdaus mengganti mobil dari sebelumnya menggunakan Lexus menjadi Kijang Innova. "Kalau Presiden sudah mengambil kebijakan menggunakan mobil hemat energi, diikuti oleh Gubernur Riau, maka kita di jajaran Pekanbaru harus ikut," katanya.
Ia mengaku sudah "merumahkan" mobil dinas Lexus 2.700 cc yang selama ini digunakannya dan berganti menggunakan Innova yang lebih irit dalam penggunaan bahan bakar.
Namun Mobil Lexus senilai miliaran itu tetap dia gunakan meski untuk hal-hal tertentu dengan alasan sudah terlanjur disediakan. "Ini buktinya, kalau hanya untuk kunjungan berangkat dari rumah ke kantor cukup nyaman," ujarnya.
Ia mengatakan, para pejabat di lingkungan Pemkot Pekanbaru sudah harus beralih menggunakan mobil lebih murah dan lebih sederhana untuk operasional sehari-hari.
Menurut dia, kebijakan menggunakan mobil sederhana bagus untuk diterapkan. Dia juga sudah mengingatkan kepada jajarannya, mulai dari kepala dinas hingga camat dan lurah, harus mengikuti langkah itu.
"Kalau wali kotanya gunakan Innova, minimal mobil kepala dinasnya Avanza," kata dia.
Sedangkan mengenai pengadaan kendaraan baru untuk tahun depan yang sudah terlanjur dianggarkan, dia meminta agar bagian perlengkapan menyesuaikan dan mencari kendaraan yang murah.
"Selain mobil, saya juga mengingatkan kepada jajaran agar membatasi perjalanan dinas yang tidak penting. Saya bahkan sudah menggunakan pesawat kelas ekonomi untuk perjananan dinas keluar kota," katanya.
Kesederhaan, saat ini menjadi teladan bagi banyak politikus. Namun baiknya hal itu tidak dikaitan dengan pencapaian karir politik yang jika diumpakan seperti benalu; mematikan induk yang melahirkannya yaitu; rakyat.
Kesederhanaan, baiknya seperti bunga Melati; berbau harum yang menjadi lambang kesucian dan kemurnian serta cerminan keelokan budi. ***