Kairo (ANTARA) - Mesir dan Spanyol pada Selasa (26/8) memperingatkan risiko serius dari eskalasi operasi militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
Dalam pembicaraan via telepon, Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir Badr Abdelatty dan Menlu Spanyol Jose Manuel Albares memperingatkan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza telah memburuk ke "level yang belum pernah terjadi sebelumnya," demikian menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Mesir.
Baca juga: Israel Gempur RS Nasser Gaza, Presiden Majelis Umum PBB Hujani Kecaman Keras
Menlu Mesir mengatakan "kejahatan yang dilakukan oleh Israel" telah melampaui semua batasan dan menyerukan Uni Eropa (UE) untuk mengambil langkah-langkah spesifik serta efektif untuk memaksa Israel mematuhi hukum dan norma internasional.
Ia juga menjelaskan rincian kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan di Gaza, yang mencakup gencatan senjata selama 60 hari untuk memungkinkan negosiasi penyelesaian perang yang komprehensif, pembebasan sejumlah sandera dan tahanan serta pengiriman bantuan kemanusiaan dan bencana.
"Bola sekarang ada di tangan Israel," ucap Abdelatty.
Sementara itu, Menlu Spanyol mengatakan dia ingin mendengar perspektif Mesir mengenai perkembangan di Gaza, khususnya menjelang pertemuan informal para menlu Uni Eropa yang dijadwalkan digear pada akhir bulan ini di Denmark.
Otoritas kesehatan Gaza dalam sebuah pembaruan informasi pada Selasa menyebut selama 22 bulan terakhir, opreasi militer Israel di Gaza telah menyebabkan 62.819 warga Palestina tewas dan 158.629 orang lainnya luka-luka serta mengakibatkan kerusakan besar pada infrastruktur dan memperburuk kondisi kemanusiaan.
Pada Selasa, Kemenlu Mesir juga menyatakan serangan militer Israel terhadap toko-toko dan perusahaan penukaran uang di pusat kota Ramallah, Tepi Barat, pada hari sebelumnya, yang menurut sejumlah narasumber Palestina melukai 20 orang, termasuk seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dan dua wanita hamil, merupakan "eskalasi berbahaya" dari pelanggaran hukum yang terus dilakukan Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
Baca juga: Warga Gaza Bertaruh Nyawa Demi Sepotong Makanan di Pos Distribusi
"Kebijakan agresif dan ekstremis" Pemerintah Israel merupakan penyebab utama ketidakstabilan regional di kawasan tersebut, katanya, seraya mengecam tindakan Israel yang provokatif dan menghalangi semua peluang menuju perdamaian.