Pekanbaru, (ANTARA) - Jelang memasuki pintu kelas, Ibu Tri Heni Endang Rochana Pamiluwati S.P.,S.Pd memperhatikan sampah yang masih ada di luar ruangan belajar. Jika masih ada dia meminta murid Kelas VI di Sekolah Dasar Negeri 25 Pekanbaru tersebut untuk memungutnya.
Dia mengaku menjunjung tinggi istilah Lisa yakni lihat sampah ambil. Belakangan ini juga telah berubah menjadi "Lisa Gemas" yakni lihat sampah ambil, gerakan edukasi manfaatkan sampah apa saja". Ya, Ibu Tri merupakan guru yang sangat menaruh perhatian pada lingkungan.
Tak hanya sekedar untuk kebersihan, dia pun kerap memanfaatkan barang bekas yang seharusnya sudah jadi sampah sebagai bahan pengajaran. Terutama untuk peragaan dalam pembelajaran Matematika dan Sains.
Seperti yang terlihat saat dia mengajarkan matematika dengan topik pengolahan data. Dirinya memanfaatkan bekas tutup galon untuk membuat diagram batang.
"Tutup galon ini banyak tercecer di sini, jadi daripada tidak dimanfaatkan lebih baik saya jadikan media supaya anak menjadi lebih tertarik," katanya.
Memulai belajar para murid membaca doa yang dilanjutkan dengan menyanyi bersama lagu wajib nasional "Dari Sabang sampai Merauke". Tri Endang melakukan absen, menanyakan pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran, hingga motivasi mengarahkan anak ke pelajaran yang akan dilaksanakan.
Dia menanyakan apa saja yang diajarkan dalam pelajaran pengolahan data. Dijawab oleh para murid yakni median yakni nilai tengah, modus data yang sering muncul, mean yakni mencari rata-rata, dan diagram batang.
Tutup galon digunakan sebagai bahan untuk membuat diagram batang. Ia pun juga menyiapkan tempat dari plastik yang bisa diisi tutup botol galon dari atas ke bawah.
Pada saat itu data yang ingin diperoleh adalah tentang hobi olahraga apa saja yang diminati murid. Ada lima pilihan yakni bola, renang, lari, badminton, dan senam pada garis horizontal dan angka dari 1 ke atas pada garis vertikal.
Masing-masing murid diberikan tutup botol untuk kemudian mengisi kolom batang sesuai dengan hobi masing-masing. Dari sana bakal terlihat diagram batang data hobi olahraga para murid.
Selanjutnya praktek dengan tutup galon tersebut dipraktekkan oleh masing-masing kelompok murid. Ada yang membuat diagram batang tentang warna yang disukai, cita-cita, dan lainnya. Para murid selanjutnya juga diminta membuat gambar diagram sendiri berdasarkan diagram batang dengan tutup galon tersebut.
"Mengamati melalui tanya jawab, interaksi dengan diskusi, komunikasi dengan presentasi dan refleksi melalui kunjungan karya," ujarnya.
Dikatakannya MIKIR yang dikenalkan padanya tahun 2018 ternyata sama dengan pendekatan yang digaungkan oleh pemerintah saat ini yakni "deep learning". "Kita bukan hanya menghafal tapi memahami dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Kalau kita ini dikaitkan dengan barang bekas yakni tutup galon," sebutnya.
Tak hanya tutup galon, Buk Tri mengaku telah banyak memanfaatkan barang bekas sebagai media pembelajaran. Beberapa contohnya seperti alas meja dari sampah bungkus indomie ada juga bekas papan telur untuk menanam bawang.
Dengan kegiatan tersebut ia pun membawa sekolahnya menjadi Adiwiyata tingkat Kota Pekanbaru. Ia pun menjadi instruktur daur ulang sampah di Kecamatan Rumbai hingga tingkat RT.
Bersama Tanoto Foundation ia merupakan fasilitator daerah pembelajaran IPA sejak tahun 2018. Bahkan pernah jadi fasilitator nasional juga. Hal ini membuatnya menjadi
utusan Riau sebagai guru inovatif tingkat nasional di Jakarta oleh Tanoto Foundation tahun 2025 ini.
Sejatinya Buk Tri adalah seorang sarjana pertanian. Ia pun mengajar dengan modal mengambil Akta IV. Awalnya mengajar sempoa di SD selama dua tahun lalu mengajar kelas. Peraturan ilmu harus linear membuatnya harus menempuh pendidikan guru SD hingga sarjana hingga menjadi aparatur sipil negara.