Pekanbaru (ANTARA) - Upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan harus terus masif dilakukan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan agar masyarakat mewaspadai munculnya titik api pada 2021, khususnya pada musim kemarau.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga aktif melakukan rekayasa hujan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Strategi lainnya dalam pencegahan karhutla yang dilakukan KLHK adalah menginisiasi Masyarakat Peduli Api (MPA) Paralegal di 12 Desa model di seluruh Indonesia sejak tahun 2020 lalu.
Bersinergi dengan pemerintah, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang merupakan bagian dari grup APRIL juga melakukan upaya preventif dalam mencegah terjadinya karhutla melalui Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village (FFVP).
Program ini mengajak masyarakat untuk turun tangan dalam melakukan pencegahan karhutla dan menjauhi praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. Hingga 2020, Program Desa Bebas Api telah menjalin kemitraan dengan hampir 80 desa yang mencakup lahan seluas 753.604 hektar atau hampir sepuluh kali luas wilayah Singapura.
Terbukti, program ini berhasil mengurangi 90 persen kebakaran di wilayah masyarakat. Perusahaan juga mengapresiasi bagi desa yang mampu menjaga wilayahnya agar tidak terbakar dengan memberikan dukungan infrastruktur senilai Rp100 juta.
Tak hanya itu, APRIL sebagai anggota dari grup RGE ini juga tergabung dalam Fire Free Alliance (FFA), sebuah forum saling bertukar informasi dan mencari solusi dalam penanganan karhutla dan kabut asap.
Koordinator Fire Protection, Widi Santoso mengataka saat ini APRIL menyiagakan 2.275 personil pemadam (firefighter) terlatih yang tergabung dalam Fire Emergency Response Team (FERT) untuk menanggulangi kebakaran. Tim FERT terdiri dari personil inti sebanyak 1.156 orang, anggota cadangan 640 orang dan anggota MPA 480 orang.
Tim itu dilengkapi berbagai peralatan, seperti pompa pemadam kebakaran khusus berbagai jenis sebanyak 521 unit dan selang sebanyak 4.107 rol atau setara dengan 123 kilometer panjangnya. Guna memudahkan pekerjaan, PT RAPP membekali tim pemadam kebakaran tersebut dengan sejumlah armada, seperti helikopter yang siap siaga, airboat, mobil dan motor patroli, drone, serta CCTV yang dipasang untuk memonitor area konsesi dan sekitarnya
Selain itu, untuk lebih mempertegas komitmen pemerintah telah dikeluarkan juga Surat Keputusan Bersama (SKB) Penegakan Hukum Terpadu Tindak Pidana Kebakaran Hutan dan/ atau Lahan. Ini melibatkan Polri, Kejaksaan Agung, serta KLHK.
Menteri LHK, Siti Nurbaya mengatakan peraturan tersebut adalah upaya untuk membangun satu komitmen sinergi dan langkah responsif serta proaktif dalam penegakan hukum lingkungan. Ini sesuai yang diamanatkan pada Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XII/2014.
Siti Nurbaya mengatakan persoalan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta kehutanan Indonesia sangat kompleks dan memerlukan atensi semua elemen bangsa termasuk generasi penerus dalam membangunnya secara berkelanjutan.
"Kita membutuhkan generasi penerus sebagai pengelola lingkungan hidup dan kehutanan ke depan, yang dibekali pendidikan, pengetahuan dan leadership (kepemimpinan). Mereka adalah awal dari potensi untuk membangun dan menjaga lingkungan hidup, sebagai generasi muda yang mencintai Indonesia," kata Siti.
Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan, karena akan berdampak terhadap kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan pangan. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan lingkungan, dimana generasi muda saat ini sebagai penentu, ujar Siti saat berbicara dalam Program Pendidikan Green Leadership yang digagas Institut Hijau Indonesia.
Kepemimpinan Hijau adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin dalam menentukan kebijakan yang prolingkungan dan dapat mempengaruhi serta memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan prolingkungan tersebut.
Sebagai negara yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia kini memiliki jumlah anak muda potensial penggerak perubahan yang sangat banyak.
Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87 persen adalah generasi milenial yang ada pada kisaran usia 24 sampai dengan 39 tahun.
Lalu 27,94 persen adalah generasi Z yang berada pada kisaran usia 8 tahun sampai dengan 23 tahun. Potensi yang mereka miliki berupa idealisme, mobilitas tinggi dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, inovatif dan kreatif serta keberanian dan keterbukaan, dapat dimaksimalkan untuk menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia ke depan.
“Di era sekarang, generasi X (usia sekarang 40-55 tahun) pada umumnya merupakan pemimpin puncak di berbagai organisasi/perusahaan, generasi milenial sebagai manajemen madya dan generasi Z menjadi angkatan kerja baru," ujar Siti.
Sangat tepat bila kepedulian itu dilengkapi dengan pengetahuan mendalam tentang isu-isu aktual lingkungan hidup dan kecenderungan ke depan serta terbentuknya jejaring antar mereka yang potensial menjadi pemimpin di masa mendatang. Pendidikan Green Leadership tersebut secara khusus didedikasikan ke arah itu, dengan tetap mempertimbangkan kecenderungan generasi milenial dan generasi Z yang senang dengan hal-hal praktis, instan dan cepat.
Program yang bertujuan memunculkan kepemimpinan hijau tersebut akan memfasilitasi anak muda sebagai generasi penerus bangsa agar memiliki perspektif keadilan sosial dan lingkungan hidup dan keberpihakan kepada lingkungan hidup. Program tersebut ingin menjaring calon pemimpin yang berasal dari beragam latar belakang agar semua segmen dalam masyarakat memiliki calon pemimpin yang punya perspektif hijau dan keberpihakan nyata bagi penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup.
Para peserta didik akan ditemani oleh para pemimpin, akademisi, praktisi, dan aktivis yang memiliki rekam jejak panjang dalam bidang masing-masing.
“Pendidikan lingkungan hidup bagi generasi muda sangatlah penting, sebab pendidikan lingkungan dapat mengubah pandangan dan perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karenanya pendidikan dan latihan yang dilakukan Institut Hijau sangat penting dan patut mendapatkan apresiasi dan dukungan. Tidak akan ada perubahan jikalau tidak ada pergerakan," ujar Siti.