Pekanbaru, (Antaranews Riau) - Melalui program "Free Fire Village" atau yang dikenal desa bebas api, PT Riau Andalan Pulp and Paper berkomitmen untuk berperan dalam mengurangi angka kebakaran hutan dan lahan di kawasan setempat.
Kehadiran program desa bebas api sebagai bentuk investasi jangka panjang dalam menciptakan lingkungan yang terbebas dari kebakaran hutan dan lahan.
Program ini dinilai sangat efektif
untuk menurunkan tingkat insiden kebakaran secara drastis. Pada tahun 2014, area yang terbakar mencapai 0,18 persen, hingga 2018 turun menjadi 0,02 persen dari total area yang dicakup.
Ada total 27 desa dari tiga kabupaten telah terlibat dalam program ini sejak pertama kali dikeluarkan. Pada 2014 tercatat diikuti empat desa, pada 2015 meningkat menjadi 18 desa. Sementara 2017 dan 2018 diikuti 18 dan 9 desa.
"Untuk jangka panjang program ini harus dapat meningkatkan kepedulian dan merubah perilaku masyarakat. Merubah mindset agar 20, 30 tahun kedepan tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan," sebut VFP manager PT RAPP Sailal Arimi.
Dia menceritakan lahirnya program desa bebas api, pada 2014 silam. Awalnya dengan menerapkan sistem "reward and punishment" bagi desa yang mampu mentiadakan kebakaran di lahan mereka selama empat bulan di musim kemarau. Total reward senilai Rp100 juta per desa.
"Empat desa ini setiap tahunnya selalu terjadi kebakaran di lahan mereka. Pada 2014 kita tetapkan sistem reward and punishment ini. Hasilnya satu desa yakni Desa Teluk Meranti tidak terjadi kebakaran dilahan mereka," sebutnya.
"Sementara tiga desa lainnya terbakar, kemudian kita lihat luasan lahan yang terbakar bila dibandingkan 2013 lalu angka kebakarannya drastis turun," sambungnya.
Berawal dari peluang tersebut, sebut dia, muncul ide untuk membuat sebuah program dengan melibatkan masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan. Maka lahir program desa bebas api.
Agar sosialisasi program desa bebas api ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. PT RAPP merekrut orang desa sebagai penyambung komunikasi dengan masyarakat, sehingga program tersebut dapat berjalan dengan efektif.
"Jadi kita merekrut satu orang dari masyarakat desa, kita pilih berdasarkan standar rekrutmen kita. Sebagai "penyambung lidah" untuk melakukan komunikasi dengan masyarakat. Karena inti dari pencegahan adalah komunikasi yang efektif," ucapnya.
Baca juga: Program Desa Bebas Api RAPP Berhasil Kurangi Karhutla
Dia mengatakan keterlibatan masyarakat sepenuhnya, menjadi tolak ukur untuk keberhasilan program tersebut.
"Kenapa kita rekrut orang dari desa, tentu karena lebih gampang beradaptasi dan berkomunikasi dengan sesama, kemudian dia tahu desanya, lahan-lahan yang berpotensi terbakar," paparnya.
Melalui program desa bebas api, PT RAPP juga menawarkan bantuan membuka lahan tanpa dibakar kepada masyarakat. Tiap-tiap desa diberikan bantuan 20 hekatare lahan untuk dibuka.
"Kalau dalam UU tidak boleh membakar, bagaimana masyarakat membuka lahan untuk kebun? Kalau pakai alat berat mereka tidak sanggup lalu ujung-ujungnya berpikir menggunakan korek api dan minyak karena murah dan cepat.
Nah, disini kita masuk untuk membantu mereka, dengan menyiapkan lahan setiap desa, kita bantu buka 20 hekatare lahan tanpa membakar," ujarnya.
Pihaknya memastikan terlebih dahulu legalitas lahan tersebut sebelum dibuka dengan melibatkan Pemerintah kabupaten melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Kita berkomunikasi dengan dinas lingkungan hidup dan Kehutanan terlebih dahulu untuk memastikan lahan yang kita bantu legalitasnya memang ada. Sehingga tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari. Jadi harus ada rekomendasi dari dinas baru kita bantu," ucapnya.
Baca juga: Diikuti 18 Desa, RAPP kembali Luncurkan Program Desa Bebas Api
Bantuan membuka lahan tanpa membakar mendapatkan respon yang baik dari masyarakat desa, pada 2015 ada total 112 hekatare luas lahan yang dibuka di sembilan desa, pada 2016 lahan seluas 106 hekatare di 18 desa, sementara pada 2017 dengan lahan seluas 123 hekatare di 18 desa.
Pada 2016 program desa bebas api bermodifikasi menjadi Fire Awards Community Program. FAC goes to school menjadi salah satu strategi dengan menyasar anak-anak usia dini.
"Kita masuk ke sekolah-sekolah. Kita harapkan anak-anak setelah dia dewasa tidak membuka lahan dengan cara membakar," sebut.
FAC goes to school menggunakan media sosialisasi yang menyenangkan bagi para pelajar. Yakni melalui bacaan komik alam dan bunga yang sudah dibagikan sekitar 1.000 pcs kepada 188 sekolah di Riau, Aceh, Jabar, Yogyakarta dan Papua sejak 2016 lalu.