Sambungan dari hal 1 ...
Longsor yang banyak memakan korban jiwa baru-baru ini terjadi pada 28 Oktober di areal pertambangan liar wilayah Gunun Butak, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang menyebabkan 12 penambang liar tertimbun.
Tidak hanya di daerah, ibukota Jakarta juga sudah dilanda banjir. Hujan deras yang mengguyur kota Jakarta pada 13 Desember menyebabkan sebagian daerah Ibu Kota tergenang banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta juga mencatat terjadinya pohon tumbang.
Puncak bencana
Mengenai bahaya banjir yang mulai terjadi ini, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) BMKG Andi Eka Sakya sudah memperingatkannya.
Eka mengatakan musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi dimulai pada akhir November 2015 hingga awal Desember 2015 dengan puncak musim hujan pada Februari 2016.
Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengimbau masyarakat yang bermukim di kawasan daerah aliran sungai atau dekat berbukitan waspada terhadap banjir dan longsor pada Desember 2015 dan Januari 2016, seiring meningkatnya curah hujan dan pucak musim hujan.
Sutopo mengatakan daerah rawan banjir di Indonesia berada di sepanjang pantai timur Sumatera, jalur Pantura Jawa, pesisir Kalimantan dan daerah sepanjang aliran sungai.
Berdasarkan peta bencana di Indonesia terdapat 315 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir dengan jumlah penduduk 61 juta jiwa.
Untuk rawan longsor ada 274 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari longsor dengan jumlah penduduk 40,9 juta jiwa.
Melihat perkiraan puncak ancaman bencana yang sebentar lagi maka pemerintah pusat dan daerah mulai melakukan sejumlah persiapan.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan kementeriannya sudah melakukan koordinasi ke seluruh kementerian dan lembaga untuk siaga menghadapi bencana banjir dan longsor.
Menurut Puan, pemerintah berkomitmen untuk mencegah dan meminimalisasi timbulnya korban dan kerugian akibat bencana banjir dan longsor.
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, pihaknya telah menyiapkan anggaran siap pakai untuk penanggulangan bencana banjir dan longsor sebesar Rp150 miliar.
"Seluruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga sudah disiagakan untuk melakukan penanggulangan di wilayah masing-masing," kata Willem.
BNPB juga sudah memetakan dan mengidentifikasi daerah-daerah yang rawan bencana, yang jumlahnya mencapai 279 daerah rawan bencana di seluruh Indonesia pada 2015.
Sementara itu Kementerian Sosial sudah menyiapkan stok logistik untuk mengatasi dampak bencana pada musim hujan. Instansi ini telah memiliki tiga titik gudang logistik nasional yaitu di Palembang untuk wilayah barat, Jakart untuk wilayah tengah dan sekitarnya, serta Makassar untuk wilayah timur.
Mensos Khofifah Indar Parawansa mengatakan jika terjadi bencana alam, pada masa tanggap darurat maka bupati dapat mengeluarkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga 100 ton, gubernur sampai 200 ton dan selebihnya jika dibutuhkan Kemensos dapat mengeluarkan di atas 200 ton.
Masih banyak lagi langkah-langkah yang telah disiapkan oleh pemerintah baik dana, personel dan lainnya, baik di pusat dan daerah.
Sementara itu bagi masyarakat juga diharapkan mewaspadai tanda-tanda bencana. Menurut BNPB, untuk mewaspadai bencana longsor, masyarakat bisa melihat gejala-gejala sebelum terjadi longsor seperti air sumur yang tiba-tiba mengeruh, tanah mulai reak, tanah dan bukit bergeser.
Selain itu warga diimbau untuk segera menghindar apabila terdapat kerikil yang berjatuhan dari bukit atau dataran yang lebih tinggi, air tanah keluar secara tiba-tiba dari rongga retakan, terdapat pohon atau ranting yang hanyut di sungai dan air sungai mengering ketika hari masih hujan.
Adapaun langkah untuk mencegah bahaya banjir yakni mematikan arus listrik saat air mulai masuk ke rumah dan permukaan meninggi, mengamankan cairan atau zat beracun atau berbahaya agar tidak mencemari air, dan mengungsi ketika air banjir yang tinggi sudah menghambat aktivitas dan tak kunjung surut.
Dengan segala persiapan dan perencanaan yang baik maka diharapkan dampak bencana akan dapat diatasi dengan baik.