Yogyakarta, (Antarariau.com) - Tim Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta memanfaatkan "unmanned aerial vehicle" (UAV) atau pesawat tanpa awak untuk memetakan dampak longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, melalui pemotretan udara.
"Dengan memanfaatkan UAV yang dikendalikan dengan pengendali jarak jauh, tim berhasil memetakan kawasan longsor seluas sekitar 600 hektare," kata koordinator tim Ruli Andaru di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, pesawat yang dilengkapi kamera ini memotret kawasan terdampak longsor, untuk selanjutnya diolah secara fotogrametris, sehingga menghasilkan informasi yang jelas secara visual dan teliti secara geometris.
"Peta yang dihasilkan pemotretan dari udara itu digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis lebih lanjut," katanya.
Dengan perangkat yang lengkap, kata dia, tim Teknik Geodesi UGM berada di lokasi longsor bersama tim Pusat Studi Bencana Alam UGM, Lapan, dan BNPB.
Ia mengatakan meskipun medan tidak bersahabat untuk pelaksanaan pemetaan, tim memutuskan untuk tetap mengusahakan yang terbaik.
Untuk memperoleh hasil yang akurat secara geometris, tim memasang titik-titik kontrol di beberapa tempat di sekitar lokasi dan mengukur koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS) tipe geodetik.
"Itu yang membuat gambar yang dihasilkan dari pemotretan tidak saja jelas secara visual tetapi juga teliti secara geometris. Dengan perjuangan yang berat, tim berhasil melakukan tugas dengan baik di tengah cuaca yang tidak bersahabat," katanya.
Menurut dia, pengolahan data foto yang direkam dengan UAV menghasilkan peta orthophoto dengan resolusi spasial 20 cm. Artinya, ukuran terkecil yang masih bisa diamati dengan peta tersebut adalah 20 cm.
"Hasil itu merupakan resolusi yang sangat baik, karena analoginya resolusi tersebut lebih baik dibandingkan gambar permukaan bumi yang disajikan oleh Google Earth atau Google Maps," katanya.
Selain peta visual, kata dia, pemotretan itu juga menghasilkan Digital Elevation Model (DEM) yang merupakan model permukaan bumi kawasan terdampak longsor.
"Model tersebut jika dikonversi menjadi format tertentu yang disebut keyhole markup language (KML), maka bisa ditampilkan di Google Earth," katanya.
Berita Lainnya
Mahasiswa UGM Manfaatkan Ampas Tebu Untuk Biobriket
29 April 2014 9:55 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB