Meraup untung dari akar mati kala pandemi

id kerajinan akar pohon riau,sahabat akar,UMKM,covid riau

Meraup untung dari akar mati kala pandemi

Ali Imran perajin Sahabat Akar menunjukan rak untuk pot tanaman hias dari akar pohon di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (3/11/2020). (ANTARA/FB Anggoro)

Dia berharap dibantu mempromosikan usahanya supaya makin banyak yang beli, bahkan sampai ke Presiden Jokowi dan Sandiaga Uno agar tenar
Pekanbaru (ANTARA) - Akar pohon yang mati seakan bernyawa lagi di tangan sejumlah warga Kota Pekanbaru yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. Mereka yang sempat berstatus pengangguran, kini bangga disebut perajin “Sahabat Akar”.

Sebuah rumah sederhana di ujung jalan aspal di pinggiran Kota Pekanbaru, pada awal November 2020, terlihat penuh oleh akar pohon beragam bentuk. Puluhan akar itu berdiri tegak namun terbalik, dan cabang-cabangnya sekilas menyerupai tentakel gurita yang mengacung ke atas.

Ada yang tingginya setengah meter kini menjadi meja dengan alas kaca. Sedangkan yang lainnya setinggi 1,5 meter sampai dua meter, sudah berubah menjadi rak untuk pot tanaman hias.

Pemilik rumah itu adalah Ali Imran, ketua Rukun Warga (RW) dan sekaligus motor penggerak kerajinan Sahabat Akar. Rumahnya kini jadi bengkel dan galeri untuk kerajinan unik itu.

Ali bersama dua tetangganya, Toni dan Sophian Hadimeluangkan waktu untuk wawancara di sela kesibukan mereka menyelesaikan 10 pesanan pot bunga dari akar pohon.

Tangan mereka terlihat sibuk menghaluskan kayu dengan amplas. Butiran-butiran kayu terlihat berterbangan di udara.

“Sahabat Akar muncul waktu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di bulan April karena ada wabah Virus Corona. Waktu itu saya kehilangan pekerjaan,” kata Ali Imran kepada ANTARA.

Diasebelumnya berprofesi sebagai wiraswasta yang mengharapkan kerja apa saja dari para kontraktor di Pekanbaru. Akibat wabah COVID-19 sampai ke Riau, semua proyek dihentikan sementara karena ada PSBB.

Begitu juga nasib Toni dan Sophian Hadi, yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan, mendadak jadi pengangguran karena pandemi.

“Daripada termenung-menung saya berfikir apa yang bisa dikerjakan untuk menyambung hidup. Banyak orang sekarang stres karena tidak ada pekerjaan, tapi kami tidak mau seperti itu,,” katanya.

Ia mengatakan awalnya hanya ingin coba-coba karena melihat ada akar pohon yang mati di sekitar rumahnya, diantaranya seperti akar pohon Laban, Medang dan Tungkai.

Lingkungan rumah Ali di pinggiran Pekanbaru dulunya adalah hutan, sehingga banyak terdapat akar pohon yang sudah mati terbenam di tanah. Pohon-pohon ditebangi karena alih fungsi lahan jadi kebun sayuran, kelapa sawit, dan permukiman penduduk.

Dari sana muncullah ide Ali membuat rak dari akar mati untuk pot bunga karena kini sedang “demam” tanaman hias.

“Akarnya dari kayu alam semua. Kayunya sudah keras dan berat, butuh dua orang juga untuk mengangkatnya karena ada yang beratnya sampai 30 kilogram,” kata Ali.

Untuk mewujudkan idenya itu, Ali kemudian mengajak tetangganya yang kini menganggur itu untuk menggali akar, dan mereka olah lagi. Ia mengatakan tidak pernah belajar sama sekali tentang membuat kerajinan itu. Namun, tangan-tangan mereka memang terampil karena selama ini akrab dengan perkakas alat bangunan.

Diminati

Rak tanaman hias dari akar pohon buatan Ali dan tetangganya ternyata diminati pembeli. Padahal, ia hanya mengandalkan pemasaran produknya dengan mengirim foto-foto di media sosial. Dari satu pesanan yang laku, kini sudah puluhan produk Sahabat Akar laris manis dibeli warga di Pekanbaru.

“Alhamdulillah, sejak April sampai sekarang kita sudah buat 60 buah dan sudah banyak laku dijual. Sekarang ini sudah ada pesanan 10 rak lagi,” katanya.

Ali mengatakan kerajinan Sahabat Akar dibanderol dengan harga berkisar Rp300 ribu hingga yang paling mahal Rp800 ribu, tergantung ukurannya. Semakin tinggi akarnya, semakin mahal.

Ia mengatakan banyak pembeli meminati rak akar kayu karena bentuknya yang unik, dan terkesan natural. Untuk membuat satu rak dari akar pohon memakan waktu sekitar tiga hari.

“Untuk membuatnya butuh waktu tiga hari, mulai dari mengambil akarnya dari tanah sampai jadi,” katanya.

Mereka menggali akar dari tanah secara manual dengan cangkul, kampak, dan linggis. Kemudian akar dibersihkan dari sisa-sisa lumpur dan tanah, dikupas kulitnya, lalu dijemur. Setelah itu, akar kayu dihaluskan dengan gerinda, dimodifikasi bentuknya, dan proses akhir dipulas dengan pernis agar mengkilat.

“Kita gunakan imajinasi bagaimana bentuknya supaya menarik, dibuat jadi halus dan menarik dilihat,” kata Ali sambil mengatakan tidak ada acuan desain untuk membuat kerajinan itu.

Sejumlah perajin membuat rak dari akar pohon di Galeri Sahabat Akar di Jalan Seroja Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (3/11/2020). Perajin Sahabat Akar muncul dari kreativitas warga yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19, dengan mengolah limbah akar pohon jadi hiasan dan dijual berkisar Rp300 ribu hingga Rp800 ribu tergantung ukurannya. (ANTARA/FB Anggoro)


Penunggu Akar

Sophian Hadi, salah satu perajin, mengatakan pernah ada kejadian unik tentang sebuah akar kayu yang mereka olah. Ia menduga itu ada sangkutpautnya dengan makhluk halus penunggu pohon tua yang akarnya mereka ambil.

“Dari awal buat sampai akhir ada-ada saja kejadiannya,” kata Sophian.

Ia enggan menceritakan asal pohon itu. Namun, saat diambil akarnya, pohon itu seperti tidak mau disentuh kampak. Pohon tua itu langsung rebah ketika digali tanahnya.

“Padahal, biasanya perlu satu sampai dua jam untuk mengangkat satu akar dari tanah. Tapi pohon yang itu langsung roboh begitu saja,” katanya.

Kejadian aneh tapi nyata terjadi lagi pada akar pohon itu ketika proses pembuatan rak. Ketika Sophian selesai melubangi akar tersebut, tiba-tiba alat bor yang dalam kondisi mati bergerak sendiri.

“Sekitar 10 menit saya tinggal tiba-tiba bor itu seperti jalan sendiri, padahal posisinya sudah dimatikan,” katanya.

Ia mengatakan rak dari akar pohon itu hasil akhirnya memang terlihat bagus, karena tingginya sampai dua meter lebih.

“Walau ada kejadian aneh-aneh, tapi itu rak yang paling laku duluan. Semua orang yang datang maunya beli yang itu. Padahal sudah terjual dan tinggal diantar, tetap juga ada orang yang mau menawar,” kata Sophian sambil tertawa.

Bagi Toni, kerajinan Sahabat Akar yang mereka rintis cukup membantu untuk menopang hidup keluarga di masa pandemi. Setiap produk yang terjual, hasilnya dibagi rata. Saat ini ada empat perajin yang aktif, dan tetangga lainnya juga bisa dilibatkan saat pesanan bertambah banyak.

“Bisa dibilang kami ini sekarang adalah perajinlimbah akar kayu. Kami akan terus berproduksi selama masih ada permintaan,” katanya.

Ia menambahkan, kerajinan Sahabat Akar berharap ada bantuan pemerintah untuk membantu pemasaran produk. Sahabat Akar sudah mengantongi izin hingga tingkat kelurahan sebagai UMKM.

Dia berharap dibantu mempromosikan usahanyasupaya makin banyak yang beli, bahkan sampai ke Presiden Jokowidan Sandiaga Unoagar tenar.