Caracas (ANTARA) - Sejumlah partai oposisi di Venezuela pada Minggu berjanji akan memboikot pemilihan legislatif yang dijadwalkan pada 6 Desember, karena mereka yakin proses pemilihan rentan dicurangi oleh penguasa.
Menurut kubu oposisi, penyelenggaraan pemilihan legislatif merupakan upaya "berkolaborasi dengan strategi pemerintahan yang diktator".
Baca juga: Sejumlah PPDP di Riau mendapat penolakan dari masyarakat
Langkah itu telah diperkirakan banyak pihak setelah pemerintah melakukan serangkaian intervensi terhadap Dewan Pemilihan Nasional (CNE) dan partai politik dari kubu oposisi. Tidak hanya tahun ini, partai dari kalangan oposisi juga memboikot hasil pemilu yang kembali memenangkan Maduro pada 2018, karena alasan sama.
Kubu oposisi menyebut Maduro sebagai perebut kekuasaan.
Namun, langkah itu justru membuat kalangan oposisi kehilangan kontrol di Dewan Nasional, sehingga membuat posisi Juan Guaido semakin sulit. Sejumlah negara mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela yang sah mengingat posisinya sebagai ketua kongres.
"Venezuela, negara yang akan menghadapi krisis kemanusiaan, juga jadi korban pemerintahan diktator yang opresif dan melanggar hukum. Rakyat berhak mengikuti pemilihan umum yang demokratis dan transparan," kata 27 partai politik dari kalangan oposisi lewat pernyataan tertulis yang disiarkan laman Dewan Nasional.
Partai yang ikut dalam deklarasi boikot itu, di antaranya Partai Kehendak Rakyat -- pengusung Guaido, Partai Keadilan Utama, Partai Aksi Demokratis, dan koalisi partai Era Baru atau yang dikenal dengan G4.
Kementerian Informasi Venezuela belum menanggapi pertanyaan terkait masalah tersebut. Maduro menyebut Guaido sebagai boneka Amerika Serikat yang hanya ingin melengserkan kekuasaan presiden lewat kudeta.
Maduro juga mengatakan aksi boikot itu dilakukan karena kubu oposisi tahu mereka akan kalah.
Keputusan sejumlah partai untuk boikot pemilu dilakukan setelah Mahkamah Konstitusi menunjuk beberapa direktur CNE untuk mengawasi pemilihan umum. Namun, pejabat baru itu dinilai dekat dengan Maduro.
Mahkamah juga menunjuk beberapa politisi, yang dinilai diam-diam dekat dengan partai penguasa, untuk menduduki pucuk pimpinan koalisi G4.
Sejumlah politisi dari kalangan oposisi menyampaikan usulan agar masa jabatan anggota kongres saat ini diperpanjang. Masa jabatan mereka seharusnya berakhir pada Januari 2021.
Baca juga: Arief Budiman sebut pilkada 2020 jadi fondasi penting untuk pemilu masa depan
Baca juga: KPU terima sebanyak 456.256 nama pemilih pemula tambahan
Sumber: Reuters
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB