Pekanbaru, (Antaranews Riau) - Andini, gadis belia 14 tahun tersenyum bahagia. Guratan otot wajahnya membentuk lembah tajam di pipinya yang mungil. Andini lupa kapan terakhir dia tersenyum bahagia, setelah sederet ujian menerpa hidupnya.
Ujian Andini diawali ketika harus merawat ibunya Ijaz (40) yang berjuang keras melawan Tubercolosis (TBC) akut. Keputusan berat dan tidak menguntungkan harus ia tempuh. Dia memilih menanggalkan seragam sekolah saat duduk di kelas VII.
Keputusan bukan tanpa alasan. Ijaz menjadi orangtua tunggal, yang selama ini menjaga dirinya dan kedua adiknya Sidratul Jannah (4 bulan) dan Purwanti 1 tahun 8 bulan.
Namun, perjuangan Ijaz tak kuasa melawan penyakit kronis yang menggeregoti tubuhnya. Awal Januari, Ijaz meninggalkan ketiga buah hatinya untuk selama-lamanya. Sebelum menyerah dan menghadap Illahi, terbesit hati Ijaz agar Andini dan kedua adiknya dirawat suaminya.
Namun, semua itu tinggal harapan. Suami Ijaz yang telah beberapa bulan pergi meninggalkan keluarga terluka itu pergi, entah ke mana tanpa kabar berita.
Senyum Andini sirna. Dia tak tahu bagaimana caranya menjalani hidup. Kedua adiknya yang belia butuh kasih sayangnya. Namun, luka Andini sangat dalam. Senyumnya sirna. Tak ada lagi suara keluar dari bibirnya.
Bertiga bocah-bocah kecil itu tinggal di rumah, yang lebih layak disebut gubuk tua. Bertiga menjalani siang yang hampa dan malam hening tanpa renyahnya suara tawa.
Kisah ketiga bocah itu terangkat ke media sosial. Adalah Dedi Aswandi, pegiat sosial di Pelalawan yang sejak ibunda Andini menderita sakit terus menaruh simpati. Dedi yang juga Wakil Ketua Yayasan Mualaf Center Riau membagikan kisah pilu Andini ke masyarakat.
Dengan cepat, unggahan Dedi menyebar luas. Sejumlah media lokal hingga nasional mengangkat kisah pilu keluarga tak sempurna itu.
Andini yang terluka dan terjebak pilu mendalam mulai riang kembali. Dia tak lagi sendiri. Begitu banyak orang yang menaruh simpati. Bantuan mengalir deras. Banyak tangan-tangan dermawan menyisihkan rezeki pada Andini.
Tidak hanya masyarakat biasa, Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti yang mendengar kabarnya pun berusaha mengundang Andini ke kediamannya di Jakarta akhir Januari kemarin.
Susi menawarkan Andini dan ketiga adiknya untuk tinggal bersamanya. Andini tak perlu lagi memikirkan kondisinya juga pendidikannya. Namun, gubuk di dusun terpencil di Pelalawan itu terlalu banyak kenangan. Dengan halus Andini menolak dan kembali ke kampung halamannya.
Selain itu, Andini juga telah mendapat beasiswa pendidikan dari perusahaan listrik negara. Perusahaan menjamin pendidikannya hingga sarjana.
Lebih dari itu, sebuah perusahaan yang bergerak industri kertas di Pelalawan juga membantu Andini mendirikan rumah. Sebuah rumah yang lebih layak dibanding yang ada saat ini.
Dengan bijaksana, perusahaan itu juga tidak akan membongkar rumah peninggalan ibundanya, melainkan membangunkan rumah baru untuk Andini dan kedua adiknya.
Melalui Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sedekah PT Riau Andalan Pulp and Paper (Lazis Riau Andalan), rumah itu mulai dibangun akhir pekan lalu.
Rumah itu dibangun tepat di depan rumah Andini saat ini. Rumah tipe 42 permanen siap melindungi Andini dan kedua adiknya, untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Tidak hanya rumah, Lazis Riau Andalan juga berniat untuk mengisi seluruh perabotan rumah keluarga kecil tak sempurna itu.
"Perabotan juga, Insya Allah kita lengkapi," kata Ketua Pengurus Lazis Riau Andalan Welli Mairiko kepada Antara di Pekanbaru.
Ia mengatakan rumah itu diharapkan dapat menjadi tempat berlindung yang nyaman bagi ketiga bocah malang tersebut.
Welly mengatakan sejatinya Lazis Riau Andalan yang merupakan wadah infaq, sedekah dan zakat karyawan muslim PT RAPP berniat membantu membedah rumah yang ditinggali Andini dan adiknya sejak lama.
Saat itu, katanya, ia mendapat informasi kondisi memilukan Andini dari salah seorang relawan sosial Dedi Aswandi yang menjaga Andini sejak lama.
"Kebetulan Dedi itu teman saya, namun kita waktu itu masih fokus bantu penanganan korban banjir di Pelalawan. Nah ketika kita akan mulai jadi viral beritanya," ujarnya.
Dia menjelaskan pembangunan sendiri akan berlangsung selama 30 hari lamanya. Lazis Riau Andalan selama ini berfokus membantu renovasi atau program bedah rumah di Kota Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
Dedi Aswandi menyambut baik bantuan Lazis RAPP itu. Dia berharap bantuan itu dapat menjadi pelipur lara Andini dan menjadi naungan keluarga kecil itu untuk menghadapi masa depan, yang masih sangat panjang.