London (Antarariau.com) - 30 tahun yang lalu, Pemerintah Republik Indonesia memberikan seperangkat gamelan lengkap kepada warga Inggris sebagai tanda persahabatan yang ditempatkan di gedung kesenian Southbank Centre, London.
Untuk merayakan keberadaan gamelan di Inggris selama 30 tahun digelar pertunjukkan gamelan Jawa sekaligus pembukaan kembali Gedung Queen Elizabeth Hall yang selama dua tahun terakhir ditutup akibat renovasi besar, kata Pensosbud KBRI London Okky Diane Palma kepada Antara, Minggu.
Dalam pertunjukan gamelan Jawa dimainkan kelompok Southbank Gamelan Players (SBGP) juga ditampilkan tarian dibawakan kelompok tari Lila Bhawa Indonesian Dance UK. Pemain gamelan berseragam batik khas Solo, sebagian besar warga Inggris itu dengan asyik memainkan alat musik gamelan yang berhasil menghipnotis setiap pengunjung memadati ruang terbuka di Queen Elizabeth Hall, Southbank Centre, London.
Para pengunjung yang semakin banyak berdatanhan berjejal, bahkan rela duduk di seputar panggung dan rela berdiri berdesakan dengan penonton lainnya yang terbius oleh bunyian magis sesekali ditimpali nada-nada menggebrak.
Tepuk tangan riuh menyudahi setiap usai karya dipentaskan,
Pertunjukan yang digelar sebagai bagian dari seri Friday Tonic dan Concrete Dreams Weekend adalah seri pementasan musik dilakukan Jumat sore bertujuan agar dinikmati commuters disaat mereka pulang kerja dan mampir ke Southbank Centre sekedar minum kopi atau ngobrol.
Sementara itu, Concrete Dreams Weekend yang berlangsung dari tanggal 27 hingga 29 April mendatang merayakan sejarah pendirian gedung Queen Elizabeth Hall pada tahun 1960-an.
Direktur Gamelan di Southbank Centre, Sophie Ransby
menyatakan penghargaan dan terima kasih atas jalinan persahabatan antara Indonesia dan Inggris Raya selama ini. Keberadaan gamelan yang menjadi salah satu jenis musik digandrungi masyarakat Inggris menjadi pengokoh ikatan persabatan itu, khususnya dalam diplomasi antarwarga atau people-to-people.Kekuatan ikatan pada tingkat ini diyakini akan menjamin persahabatan yang lebih panjang, ujarnya.
Usai sambutan, pemain menampilkan lagu pertama Diradameta yang dimainkan menyusul Gangsaran Roning Tawang yang menjadi bagian dari repertoar baku gamelan Solo, Jawa Tengah. Sajian semakin menarik ketika pemain menyuguhkan lagu, Full Fathom Five merupakan komposisi kontemporer diciptakan komponis dan musisi gamelan Alec Roth, seorang pendiri kelompok Southbank Gamelan Players.
Alec Roth, perintis penyebaran musik gamelan di Inggris dan ikut menabuh gamelan sejak awal gamelan di Southbank. Pementasan diikuti tari topeng tradisi desa Klaten, yaitu Tari Klana, ditarikan Sujarwo Joko Prehatin, dalang asal Tengah Jawa yang menetap di Inggris.
Kian terkesima
Penonton makin terkesima dengan alunan musik gamelan khas Indonesia menyuguhkan Gendhing Talu, bagian dari repertoar tradisi gamelan Jawa dipentaskan sebagai musik awal atau pembuka pertunjukan wayang kulit. Kelompok Southbank Gamelan Players berencana akan membawa karya ini pada pertunjukan wayang kulit di Jerman, Cardiff dan Wales tahun 2018 ini.
Karya lain ditampilkan adalah komposisi gamelan kontemporer Cornish Lancaran, musik gamelan digabung dengan saxofon dimainkan Sophie Ransby.
Kemudian, ditampilkan juga Ice Cream Van From Mars, komposisi ciptaan Malcolm. Selanjutnya Pig in the Kraton, yang diciptakan Andy Channing, dimainkan di mana semua pemain memakai kacamata hitam. Salah satu pemain memakai topeng babi, lalu menggoda para penonton. Tingkah ini merupakan bagian dari pertunjukan.
Selain itu juga, ditampilkan gending tradisional Gambyong Pareanom, kemudian tarian klasik Solo yang dipentaskan penari dari Lila Bhawa Indonesian Dance UK. Menutup pertunjukan ditampilkan komposisi karya Rahayu Supanggah berjudul Bibaran yang diciptakan sebagai penutup pementasan. Pada pementasan di Southbank menampilkan kepiawaian para pemain memainkan komposisi tradisi dan kontemporer membuat gamelan dapat diterima masyarakat Inggris, yang akrab dengan jenis-jenis musik klasik.
Sementara itu Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, E. Aminudin Aziz, hadir bersama istri mewakili KBRI dalam kesempatan itu, menyampaikan terima kasih kepada pegiat seni gamelan ini, yang terus- menerus merawat budaya Indonesia di Inggris.
Aminudin memuji anggota SBGP sebagai "duta" Indonesia berakar dari tanah lokal dan ia juga mencatat beberapa pemain yang aktif dalam kelompok gamelan merupakan alumni penerima beasiswa Darmasiswa yang sudah puluhan tahun lalu.
Keberhasilan mereka merawat seni gamelan di Inggris merupakan wujud keberhasilan program beasiswa Darmasiswa. John Pawson, tokoh sentral dalam SBGP merupakan rombongan perintis penerima beasiswa yang dalam pandangannya untuk belajar gamelan secara utuh, program beasiswa Darmasiswa menjadi salah satu pintu masuk.
oleh karena itu, ia berharap beasiswa Darmasiswa ini dipertahankan dan ditambah kuotanya.