Sambungan dari hal 1 ...
Tantangan kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan sistem persenjataan, katanya, diperlukan sumber daya manusia berkualitas yang mampu menguasai teknologi dan sistem persenjataan yang semakin moderen.
Ia menuturkan Akademi TNI sebagai lembaga yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dituntut mampu menyiapkan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang setara dengan tuntutan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, pintanya, lakukan kajian secara terus menerus, baik dari aspek sumber daya manusia maupun perangkat pendidikannya sehingga "output" lembaga ini melahirkan perwira-perwira yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan serta visi TNI masa depan.
Ia mengatakan satu hal yang tidak boleh dilupakan selain penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan taktik dan teknik keprajuritan bahwa seluruh prajurit TNI harus memiliki karakter, jiwa korsa, militansi, dan semangat juang yang tinggi.
Hal tersebut bertujuan terbangun dan terpeliharanya rasa kebersamaan dan kekompakan dalam setiap menjalankan tugas.
"Di sini memerlukan suasana kebatinan yang benar-benar satu, memerlukan soliditas dan solidaritas yang tinggi di tubuh TNI dan harus menghindari perpecahan di antara prajurit TNI dan Polri. Dengan demikian, kita bisa memberi contoh betapa indah dan kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa pada umumnya," katanya.
Di era moderen saat ini, katanya Akademi TNI harus dapat memahami pentingnya integrasi budaya, baik terkait integrasi budaya TNI yang mampu merangkum budaya keprajuritan di masing-masing angkatan menuju reformasi budaya TNI di era demokrasi maupun integrasi budaya berbagai transformasi nilai yang harus dilakukan bagi pengembangan organisasi serta mengantisipasi kecenderungan lingkunngan nasional dan internasional yang terus berkembang dinamik.
Menurut dia pemahaman integrasi budaya sangat penting, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan dasar "Chandradimuka", yaitu pada pendidikan Taruna TNI dan kepolisian tingkat I yang telah kembali dilaksanakan pad tahun pendidikan 2015/2016 dalam rangka membangun keamsan karakter dan persepsi terhadap keamanan dan pertahanan negara.
Ia mengatakan kehidupan organisasi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan yang berubah sangat cepat, sehingga hanya organisasi yang solid yang mampu dan sukses menghadapi realitas kemajuan zaman. Oleh karena itu, personel sebagai pengawak organisasi harus cerdik dalam menyikapi perubahan tersebut, harus mampu menghadapi kendala dan tantangan yang ada, serta menjadikanya suatu peluang yang semakin terbuka.
Berkabung
Suasana pelaksanaan upacara peringatan HUT ke-50 Akademi TNI yang diikuti para taruna/taruni Akmil tersebut agak berbeda dengan upacara HUT tahun-tahun sebelumnya.
Pada upacara dengan inspektur upacara Danjen Akademi TNI Mayjen TNI Bayu Purwiyono tersebut dalam setiap penghormatan tanpa iringan musik dari Korp Musik dan bendera Merah Putih pun hanya terpasang setengah tiang.
Pentaka Akademi TNI, Letkol Infanteri Widyoso mengatakan tidak dibunyikannya alat musik dan juga pemasangan bendera setengah tiang karena masih dalam suasana berkabung atas meninggalnya dua awak pesawat T50i Golden Eagle yang jatuh di area Lanud Adisutjipto Yogyakarta, Minggu (20/12).
Namun demikian, katanya, berbagai kegiatan dalam memperingati HUT ke-50 Akademi TNI tetap berjalan seperti yang direncanakan.
Ia menuturkan, sebelum dilakukan upacara peringatan HUT ke-50, telah diselenggarakan berbagai kegiatan, antara lain ziarah ke makam pendiri Akademi TNI, Jenderal Gatot Subroto di Ungaran, anjang sana yatim piatu di Yayasan Amal Fisabilillah Jakarta Timur, mengunjungi anggota TNI yang sakit.
Kemudian lomba baris berbaris di lingkungan satuan kerja Akademi TNI dan donor darah di Jakarta.