Pekanbaru, (Antarariau.com) - Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun APBN harus mampu didistribusikan langsung ke "perut" masyarakat seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kampar Provinsi Riau, kata pengamat ekonomi dari Universitas Pancasila Dr Sri Widyastuti.
"Polanya juga harus cermat karena sekarang ini sulit menemukan pemimpin yang mampu untuk melakukannya," kata Sri yang juga dosen serta Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila itu di Kmapar.
Sri mengatakan itu saat berkunjung ke Kampar bersama belasan mahasiswa Pascasarjana Universitas Pancasila dengan di dampingi Bupati Kampar Jefry Noer dan dosen ekonominya Irvandi Gustari, saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama Bank Riau-Kepri.
Ia mengatakan, telah menerima laporan hingga mengetahui berbagai program yang dijalankan Pemda Kampar untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran.
"Upaya itu dilakukan dengan malaksanakan langsung kegiatan di berbagai sektor seperti pertanian, peternakan dan perkebunan. Semuanya disinergikan dalam satu program yang dinamakan Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi (RTMPE)," katanya.
Yang membuat berkesan menurut dia adalah program tersebut langsung diterapkan bahkan hanya dalam beberapa bulan, hasilnya telah tampak dan potensi peningkatan ekonomi masyarakatnya sangat luar biasa.
"Lewat program ini masyarakat tidak hanya terbebas dari kemiskinan, namun juga bisa kaya raya karena dari informasi yang saya terima, lewat RTMPE bisa menghasilkan belasan bahkan lebig Rp20 juta setiap bulannya," kata dia.
Untuk menjalankan program peningkatan ekonomi secara massal ini, lanjut dia, memang dibutuhkan pemimpin yang bersungguh-sungguh dalam bekerja, tidak sebatas retorika.
"Dan ini yang dilakukan oleh Jefry Noer hingga masyarakat bisa menikmati APBD langsung ke perutnya," kata dia.
Pemda Kampar sebelumnya menyatakan akan mengalokasikan sebagian APBD untuk Program RTMPE. Tahun ini Jefry Noer menargetkan akan ada sebanyak 2.500 rumah tangga yang menjalankan proram tersebut.
RTMPE merupakan program pengelolaan lahan seluas seribu meter persegi dimana di dalamnya terdapat ternak ayam Alpu, enam sapi, tanaman bawang merah tumpang sari dengan cabai merah, serta ternak lele hingga pengelolaan limbah ternak menjadi biourine dan pupuk organik.
Menurut Sri, jika seluruh kepala daerah setingkat kabupaten/kota menjalankan program yang sama, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan terbebas dari masalah kemiskinan dan pengangguran yang selama ini justru terus meningkat.
"Saya mendapat pengakuan Pak Jefry kalau apa yang dilakukannya adalah sebuah hobi. Ini sangat luar biasa yang baiknya ditularkan ke sejumlah daerah lainya di Riau maupun di luar Riau," katanya. (Adv)