Jakarta (ANTARARIAU News) - Pendiri WikiLeaks Julian Assange mengatakan bahwa para pengguna Smartphone (telepon pintar) dan email telah di "tipu" karena adanya "industri pengintaian masal".
Seperti dikutip dari metro.co.uk WikiLeaks telah membuat daftar 150 organisasi yang mengaku bisa menggunakan ponsel sebagai alat pelacak, memotong pesan dan mendengarkan percakapan.
Informasi telekomunikasi itu dikumpulkan kemudian dijual,ungkap Assange.
Prosedur itu sarat hukum tetapi mengarah kepada sebuah "negara pengintai totalitarian", tambahnya.
"Siapa disini yang punya iPhone ? Siapa disini yang pakai Blackberry ? Siapa disini yang pakai Gmail ? anda semua tertipu," Katanya dalam konferensi pers di City University, Inggris.
"Kenyataannya adalah, kontraktor intelejen telah menjual hukum saat ini ke negara-negara melalui sistem pengintaian masal untuk semua produk-produk itu."
Ia mengakui bahwa Inggris, AS, Australia, Afrika Selatan dan Kanada terlibat dalam pengembangan "Sistem mata-mata", dan peralatannya telah dijual kepada para diktator dan kaum demokratis dalam rangka untuk memata-matai keseluruhan populasi.
Assange mengatakan WikiLeaks telah melansir 287 dokumen mengenai perusahaan-perusahaan ini yang terkait dengan laman www.spyfiles.org sebagai sebuah serangan dalam industri pengintaian masal ini."
Ia menambahkan bahwa lamannya memancarkan sebuah cahaya pada industri rahasia ini yang telah meledak sejak 11 September 2001 dan itu berharga milyaran dolar per tahunnya."
Berita Lainnya
Tips menyimpan dan membagi foto saat Lebaran
05 June 2019 8:52 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB