Semarang (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IV Semarang telah memetakan sebanyak 12 titik rawan bencana di wilayah operasinya yang bisa mempengaruhi perjalanan kereta api (KA).

"Ada 12 titik rawan bencana, yakni banjir, tanah ambles, dan tanah longsor yang sudah kami petakan dan antisipasi," kata Kepala Humas PT KAI Daops IV Semarang, Jawa Tengah, Edy Kuswoyo di Semarang, Sabtu.

Untuk titik rawan banjir, kata dia, terdapat sebanyak sembilan titik yang tersebar di Petarukan, Kahuripan, Kalibodri, Kaliwungu, Poncol, Gubug, Karangjati, Gambringan, dan Randublatung.

Ia menyebutkan titik rawan tanah ambles terpetakan hanya berada di satu lokasi, yakni Gambringan, sementara titik rawan tanah longsor terdapat di dua lokasi, yakni Kahuripan dan Weleri.

Menurut dia, antisipasi terhadap terjadinya bencana alam sudah dilakukan dengan kesiapan posko AMUS (alat material untuk siaga) yang tersebar di delapan titik di wilayah Daops IV Semarang.

"Delapan titik AMUS itu ada di Poncol, Pekalongan, Cepu, Kalibodri, Brumbung, Gambringan, Doplang, dan Gundih. Artinya, titik terdekat lokasi bencana bisa segera memberikan bantuan," katanya.

Edy menjelaskan posko AMUS sudah menyiapkan alat dan bahan material yang dibutuhkan jika terjadi gangguan pada perlintasan akibat bencana, seperti banjir atau longsor yang disiagakan 24 jam.

"Kesiapan posko AMUS sangat penting karena bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Misalnya, kejadiannya di Cepu, kalau semua alat-alatnya dari Tawang (Semarang, red.) kan terlalu lama," katanya.

Maka dari itu, kata dia, keberadaan posko AMUS yang tersebar di berbagai lokasi itu diharapkan bisa mempercepat proses penanganan gangguan perjalanan KA disesuaikan lokasi yang paling dekat.

Selain posko AMUS, menurut dia, antisipasi dini terhadap bencana alam yang memengaruhi perjalanan KA juga dilakukan dengan peran petugas JPJ (juru penilik jalan) yang memeriksa kondisi jalan rel.

"Petugas JPJ ini rutin mengecek kondisi jalan rel setiap hari. Kalau di Daops IV Semarang, setiap pukul 04.00-06.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB. Pengecekannya estafet dari stasiun ke stasiun," katanya.

Jadi, kata dia, petugas JPJ akan segera menginformasikan jika menemukan adanya potensi gangguan perjalanan akibat banjir, longsor, dan sebagainya secara dini sehingga bisa dilakukan antisipasi.

"Ya, bukan hanya bencana alam seperti banjir dan longsor. Mereka (petugas JPJ, red.) akan melapor ke stasiun jika ada pendrol lepas, rel patah, dan sebagainya. Ini merupakan antisipasi dini," pungkasnya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016