Jakarta (ANTARA News) - Praktisi media sosial Nukman Luthfie mengatakan media harus mendorong upaya verifikasi terhadap pemberitaan untuk menahan dampak dari berita bohong yang rawan beredar melalui media sosial.

"Verifikasi harus berhasil dilakukan media karena ada 60 persen masyarakat yang masih membaca media mainstream," kata Nukman dalam diskusi "Pers Indonesia melawan Berita Hoax" di Jakarta, Kamis.

Nukman mengatakan saat ini sebagian masyarakat cenderung untuk mencari berita di media sosial, karena faktor kesibukan dan berbagai hal lainnya.

Padahal, berita bohong dalam era digital dapat cepat menyebar melalui media sosial dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Parahnya, dalam kondisi ini, banyak yang tidak percaya dengan media mainstream (arus utama), karena menganggap media merupakan salah satu partisan dari kelompok tertentu.

Untuk itu, ia mengharapkan PWI dan pelaku media untuk menggaungkan upaya verifikasi terhadap berita bohong agar masyarakat tercerahkan, meski hal ini tidak mudah dilakukan.

"Harapannya wartawan mempunyai kemampuan untuk memverifikasi hoaks dan punya sertifikat untuk itu," kata Nukman.

Menurut dia, tidak banyak media di Indonesia yang mau bersusah payah untuk melakukan verifikasi dan memerangi berita bohong, padahal upaya tersebut penting untuk mendapatkan kepercayaan dari pembaca.

"Susah bagi masyarakat untuk mencari media mainstream yang bisa menjadi pegangan. Ini yang membuat orang-orang mencari alternatif informasi, dan itu didapat melalui media sosial," ujarnya.*


Baca juga: Polda Jatim tangkap penyebar berita bohong

Baca juga: Polda Gorontalo periksa siswa penyebar hoaks


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018