Moskow (ANTARA News) - Rusia dan Indonesia, bukan hanya dua negara yang besar menurut luas wilayah dan jumlah penduduknya. Keduanya adalah negara berperadaban kuno yang unik, dua konglomerat kebudayaan luhur. Baik Jakarta maupun Moskow adalah ibukota negara multinasional, di mana selama berabad-abad tinggal dan kerja bersama orang yang berbeda etnis dan agama. Kedua negara juga telah melewati sejarah perkembangan yang tidak gampang. Dan pada masa kini, kedua negara memiliki peran yang besar dalam kancah internasional. Jika memandang masa lalu sejarah hubungan Rusia-Indonesia, terlebih dulu terkenang halaman-halamannya yang paling luhur. Rusia adalah salah satu negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia, menunjukkan solidaritas dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam perjuangan demi kemerdekaan. Rusia bangga bahwa dengan bantuan tenaga ahli dari Uni Soviet dibangun sebuah kawasan industri logam Krakatau Steel di Cilegon, jaringan jalan lalu-lintas di Kalimantan, reaktor nuklir untuk keperluan penelitian ilmiah di Yogyakarta, Rumah Sakit Persahabatan dan Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta. Dengan memelihara tradisi persahabatan untuk saling membantu, Rusia mengulurkan tangannya kepada Indonesia saat menghadapi ujian berat, berkaitan dengan penanggulangan akibat bencana alam yang dahsyat pada bulan Desember 2004. "Saya senang, bahwa teman-teman kami di Indonesia, baik generasi tua maupun generasi muda, tahu dan tidak melupakan tentang hal ini. Saya tidak bisa melewatkan fakta bahwa pada waktu belakangan ini dinamika hubungan Rusia dan Indonesia menjadi lebih positif dan bermakna dalam agenda politik internasional." Dialog politik antara Moskow dan Jakarta terus berkembang. Peristiwa penting yang terjadi pada akhir tahun lalu adalah kunjungan resmi Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia. Hasil kunjungan ini sangat berbobot dan meneguhkan bahwa kerjasama Rusia-Indonesia, yang berdasarkan deklarasi tentang kerangka hubungan persahabatan dan kemitraan, mempunyai prospek cerah. Minat kedua pihak untuk mempererat kerjasama dapat dilihat dari meningkatnya interaksi antarparlemen dan kerjasama pada level departemen dan kementerian serta badan-badan negara lainnya. Namun keinginan Rusia bukan hanya untuk bergerak maju demi saling berdekatan. Rusia siap untuk membuka tahap baru dalam hubungan dengan Indonesia. "Saya pikir, bahwa untuk ini sudah ada pondasi yang kuat, yang didukung dengan pengalaman yang telah diujicoba dalam sejarah, dan didukung dengan perkembangan yang kondusif." Rusia sangat menghormati politik luar negeri Jakarta yang bebas dan aktif, serta keinginannya untuk memainkan peranan konstruktif dalam urusan internasional dan regional. Salah satu bukti dari pengakuan martabat Indonesia di arena internasional adalah terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk tahun 2007-2008. Kedekatan posisi Rusia-Indonesia, tercermin dari kerjasama wakil-wakil Rusia dan Indonesia di PBB, terutama untuk memecahkan permasalahan-permasalahan kunci. Pada tahap ini, hubungan internasional memang tengah mengalami periode transformasi yang rumit. Namun Rusia dan Indonesia secara konsisten mendukung penguatan pendekatan kolektif dan keunggulan hukum internasional, demi tatanan dunia yang lebih baik. "Titik pandang kita adalah sama terhadap peranan sentral PBB yang mempunyai legitimasi unik. Kita menganut prinsip saling menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah negara-negara, serta prinsip tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri." Namun yang paling penting adalah hal bahwa Indonesi-Rusia harus siap untuk memperluas kerjasama dengan semua mitra yang berkepentingan dengan tujuan membangun tatanan dunia yang adil, yang menjamin stabilitas dan keamanan di tingkat global maupun regional. Pada bulan Desember tahun yang lalu di Saint-Petersburg Presiden Yudhoyono mengunjungi Mesjid Agung, mesjid yang paling besar di Rusia serta salah satu terbesar di Eropa. "Bagi kami ini bukan simbolis saja. Kami mendukung semua yang menyinggung hubungan budaya-peradaban." Rusia mempunyai minat khusus untuk terus berdialog dengan Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka di dunia Islam, negara dengan penduduk Islam yang terbanyak. Rusia juga siap mencari jalan bersama guna mengembangkan saling pengertian antarkofesional yang banyak dibutuhkan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), dimana Rusia menjadi peninjau berkat dukungan Indonesia. Adalah penting agar dialog antara para tokoh politik juga didukung dengan kontak-kontak tokoh masyarakat, kaum pemuda, orang penduduk biasa dari kedua negara. Dalam konteks ini perlu dimanfaatkan potensi-potensi yang belum dikembangkan sepenuhnya di bidang kerjasama kemanusiaan, pertukaran di bidang pendidikan dan kebudayaan. Rusia memandang Indonesia sebagai salah satu mitra utama di kawasan Asia Pasifik; "titik pembangunan" ekonomi dunia yang terpenting. Dalam beberapa tahun terakhir ini volume perdagangan antara kedua negara hampir berlipat ganda. Ini prestasi yang tentu saja bagus sekali. Tetapi volume perdagangan yang kini mencapai 600 juta dolar AS, tidak seimbang dengan potensi kedua negara yang jumlah penduduk hampir 400 juta orang. "Semoga bisa terwujud dalam waktu dekat, volume perdagangan bilateral sebesar 1 miliar dolar AS." Rusia yakin hal itu dapat dicapai, dengan penyempurnaan dasar kerjasama dari segi hukum, diversifikasi hubungan ekonomi, termasuk juga di bidang-bidang yang padat ilmu dan teknologi, serta pengembangan kerjasama teknis-ilmiah. "Kami memandang kerjasama bidang energi, teknologi dirgantara, telekomunikasi, industri penerbangan dan pemanfaatan energi nuklir untuk keperluan damai, juga prospektif bagi kedua negara." Rusia dan Indonesia juga membutuhkan terobosan yang serius dalam kerjasama di bidang perbankan dan investasi. Kedua pemerintah dan perusahaan besar dari kedua negara sedang menjajaki hal tersebut. Kesempatan yang baik untuk membahas secara praktis seluruh rangkaian permasalahan kerjasama di bidang ekonomi akan dibuka pada bisnis-forum yang akan diadakan pada kunjungan mendatang. Penyelenggaraan bisnis-forum sekali lagi memperteguh minat dari kalangan usaha Indonesia dan Rusia untuk bekerjasama. Setiap tahun jumlah orang Rusia yang datang di Indonesia terus bertambah. Mereka ingin melihat dari dekat alam dan kebudayaan Indonesia yang unik dan beraneka ragam. Pada tahun 2006 jumlah wisatawan Rusia ke Indonesia melebihi duapuluh ribu orang, dan ini bukan batasannya. "Kami menunggu tamu-tamu dari Indonesia datang ke Rusia juga. Saya berharapan bahwa kunjungan mendatang ini akan memberikan dorongan baru bagi kemajuan kedua negara untuk saling berdekatan, saling membuka kesempatan, saling percaya, bersahabat dan menjalin kemitraan yang kuat dan berorientasi ke masa depan." Rusia yakin bahwa untuk mewujudkan tujuan ini kedua negara punya segala yang diperlukan. Sampai berjumpa di Jakarta! Catatan: Tulisan ini dikutip dan diterjemahkan dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti

Oleh Oleh Vladimir Putin, Presiden
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007