... ada 600 pilot pemula tidak berkesempatan mendapatkan pekerjaan, ini menyedihkan bagi saya sebagai menteri. Untuk itu kami mengajak semua komponen untuk perbaikan diri...
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perhubungan terus mengupayakan penyerapan tenaga pilot baru atau AB Initio karena terhitung masih sekitar 600 pilot baru yang menganggur.

Mereka adalah pilot-pilot baru yang nol jam terbang di maskapai penerbangan namun sudah meraih sertifikat pilot komersial. Untuk bisa menggenggam sertifikat dan kualifikasi itu, biaya yang diperlukan sangat tidak murah, masih terbilang ratusan juta rupiah.

Perkembangan industri penerbangan di Tanah Air sempat sangat mengesankan, bertengger di bilangan belasan persen setahun. Untuk menjawab keperluan dan potensi pasar yang besar itu --sebagai misal-- maskapai penerbangan Lion Air Group membeli hampir ratusan unit pesawat terbang komersial baru dari Boeing dan Airbus.

Sekolah-sekolah penerbangan swasta pencetak pilot-pilot baru juga kemudian bermunculan di sana-sini, ada yang berdiri sendiri dan ada juga yang berafiliasi dengan maskapai penerbangan tertentu, bahkan dengan sekolah penerbangan lain di luar negeri yang telah lebih dulu berdiri.

Jika satu pesawat terbang komersial memerlukan delapan hingga 10 set personel pengawak (termasuk pilot dan kopilot) maka tambahan jumlah pesawat terbang baru dan sewa yang beroperasi di Indonesia seyogyanya bisa turut menyerap sediaan pilot di Tanah Air. 

"Kita tidak boleh menutupi ada 600 pilot pemula tidak berkesempatan mendapatkan pekerjaan, ini menyedihkan bagi saya sebagai menteri. Untuk itu kami mengajak semua komponen untuk perbaikan diri," kata Menteri Perhubungan, Budi Sumadi, di Jakarta, Rabu.

Untuk itu, Kementerian Perhubungan telah membenahi sekolah-sekolah penerbangan yang dinilai tidak memenuhi kualifikasi.

"Kementerian Perhubungan tidak akan tinggal diam. Kita harus ambil alih, bertanggung jawab karena ini masalah keselamatan," katanya.

Dia juga mengimbau kepada para pilot AB Initio untuk meningkatkan kompetensi agar bisa bersaing dan penyerapan tenaga pilot bisa dilakukan secara optimal.

"Saya minta magang dulu enam bulan atau satu tahun, contoh bule-bule yang mengumpulan jam terbang di Papua, anggap saja mengabdi terhadap negeri ini," katanya. Para "pilot bule" itu rela dibayar murah di lokasi yang jauh dari hingar-bingar kota besar, semata menjaga agar kompetensi mereka tetap terasah dan lisensi penerbang mereka tidak mati.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, mengatakan jajaran yang dia pimpin membuka lowongan untuk ditempatkan di Kementerian Perhubungan bagi para pilot-pilot baru.

"November-Desember kemarin yang mendaftar 556," katanya.

Selain itu, mereka juga dibekali kembali dengan ilmu penerbangan sesuai standar Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Annex 1, terkait hukum udara, navigasi, operasi, dan lain sebagainya.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan, Muzaffar Ismail, menyebutkan, sudah ada 331 yang direkrut Kementerian Perhubungan mulai Desember 2017.

"Tahun lalu 556 orang, kami buka lagi 331 orang, ada 31 yang direkrut di otoritas bandara. 331 orang inilah yang didukung untuk peningkatan kelas," katanya.

Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018