Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Almuzzammil Yusuf mengharapkan delegasi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memiliki proposal penyelesaian komprehensif terhadap persoalan Palestina.

"Indonesia merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia, sudah sepatutnya memiliki peran dan andil yang besar dalam KTT Luar Biasa OKI. Oleh karena itu, delegasi RI harus mempunyai proposal penyelesaian yang komprehensif atas persoalan Palestina," ujarnya di Jakarta, Kamis menjawab pertanyaan Antara mengenai KTT Luar Biasa OKI, 6-7 Maret 2016.

Menurut dia, khusus masalah Palestina, delegasi RI harus tetap pada posisi menyuarakan amanat konstitusi yang menolak segala bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan negara Palestina.

Sebagai tuan rumah KTT Luar Biasa OKI, lanjut Muzzammil yang pada periode 2009-2014 menjabat sebagai Ketua Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina, peran Indonesia harus terlihat menonjol.

"Kuatnya peran delegasi RI dalam KTT Luar Biasa OKI itu bisa menjadi bargaining (daya tawar) Indonesia dalam diplomasi internasional dengan berbagai negara dan kawasan, termasuk juga di forum PBB pada masa mendatang," katanya.

Terlebih lagi, ujarnya, saat ini banyak negara Islam yang sedang dilanda konflik internal dan konflik dengan negara tetangga sesama Muslim, seperti masalah ISIS yang mempengaruhi hampir seluruh kawasan.

Untuk kasus-kasus seperti inilah, kata Muzzammil, Indonesia seharusnya bisa mengambil peran, misalnya dengan menawarkan diri sebagai mediator untuk terselenggaranya pertemuan informal Jakarta guna menjembatani penyelesaian kasus itu.

Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT Luar Biasa OKI pada 6-7 Maret 2016 yang akan fokus membahas persoalan Palestina.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan KTT OKI itu akan menghasilkan Deklarasi Jakarta yang berisi kesepakatan bersama negara-negara OKI dalam penyelesaian nyata masalah Palestina.


Pewarta: Arief Mujayatno
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016