Saya merasa senang Universitas di Indonesia memberikan kami berbicara tentang ini,"
Depok (ANTARA News) - Indonesia Strategic Policy Institute (ISPI) mengadakan diskusi publik bertema "Masa Depan Indonesia-Australia Pasca Penyadapan" yang digelar di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Depok,pada Selasa (26/11).

Diskusi publik ini menghadirkan Dave McRae peneliti dari Lowy Institute Sydney, Australia, dan Rachland Nashidik selaku Juru Bicara Partai Demokrat.

"Saya merasa senang Universitas di Indonesia memberikan kami berbicara tentang ini," kata Dave McRae membuka diskusi ini.

Dalam diskusi ini disepakati bahwa kasus penyadapan yang dilakukan Australia bukan sekedar masalah bilateral tetapi multilateral karena menyangkut wilayah Asia Pasifik. Selain itu persoalan moral dan etika sebagai negara sahabat. 

Dave McRae mengatakan saat ini di Australia terjadi perdebatan bagaimana seharusnya Perdana Menteri Abbott menanggapi kasus ini sebagai masalah yang serius dan apakah harus diselesaikan dengan meminta maaf ataupun melakukan peninjauan kembali praktek intelijen disana. 

"Sebagian masyarakat menganggap langkah ini perlu untuk menjaga hubungan baik dengan negara sahabat, Indonesia," kata Dave McRae. 

Rachland Nashidik mengatakan dalam diskusi ini bahwa Indonesia harus memulai langkah menuju normalisasi hubungan antar kedua negara.

Ia menambahkan bahwa jika ditelusuri dari sejarahnya hubungan Indonesia dan Australia memang naik turun namun semuanya selalu bisa diselesaikan dengan baik.

"Dalam konteks sejarah ada hubungan yang konkrit antara Indonesia dan Australia. Ada pemahaman sejarah yang menunjukan solidaritas antara kedua bangsa," kata Rachland Nashidik.

"Tsunami Aceh contohnya, Australia memberikan peranan penting," tambahnya.

"Hubungan baik tidak boleh berhenti secara tanpa alasan dan yang kedua kita juga harus menghargai pendapat lain misalnya warga Australia yang mengkritik keras terhadap Perdana Menteri Abbott," kata Rachland.

Rachland Nashidik juga menyampaikan kekhawatirannya akan sikap kelompok masyarakat yang cenderung reaktif justru bisa menyulitkan peluang normalisasi antara kedua negara sahabat ini.(*)


Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013