Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said mengenang jasa Bung Hatta yang merupakan ketua pertama PMI pada HUT ke-76 Palang Merah Indonesia (PMI) yang diperingati pada 17 September 2021.

Sudirman bersama jajaran pengurus PMI lainnya berziarah ke makam Bung Hatta di TPU Pemakaman Tanah Kusir Jakarta.

"Kita bersama sama hadir di pusara Proklamator kita, Bapak Bangsa, dan juga Bapak Palang Merah Indonesia, dalam rangka memperingati hari jadi ke-76 PMI. Ziarah ini mengandung makna mendoakan, mengenang, mengambil pelajaran dan meneladani orang yang kita ziarahi," ujar dia, dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu.

Sudirman juga mengatakan bahwa Bung Hatta menjadi teladan bagi insan PMI di Indonesia. Bung Hatta telah membagikan ilmu kemanusiaan yang kini sangat berguna.

PMI, ujar Sudirman, sangat beruntung dan bersyukur memperoleh ketua pertama Dr Mohammad Hatta. Dia merupakan sosok pribadi yang dapat terus menerus menjadi rujukan.

"Menjadi tempat bagi kami-kami, dan insya Allah bagi generasi mendatang sebagai sumber teladan," tutur dia.

Disebutkan lebih lanjut, 76 tahun lalu, PMI resmi berdiri atas perintah Presiden Soekarno dan yang menjadi ketua pertama adalah Bung Hatta.

"Bung Hatta tidak lama mengemban amanah sebagai ketua, dan menyerahkannya kepada dr. Boentaran. Dan PMI terus berkiprah hingga hari ini, dan semoga untuk seterusnya," ujarnya.

Meski Bung Hatta telah wafat, Sudirman yakin bahwa sang pendiri PMI itu tetap banjir pahala dan kebaikan.

Putri Bung Hatta Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono menceritakan bagaimana peran ayahnya dalam mendirikan PMI kala itu. Ia juga menceritakan singkat sejarah berdirinya PMI.

Faktor kesehatan dan sosial-budaya serta perlindungan kepada rakyat Indonesia menjadi pertimbangan utama dari kegiatan PMI. Apalagi Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mempertahankan kemerdekaannya, yang terwujud dalam perang kemerdekaan.

Dia menuturkan, di masa pandemi peranan PMI bertambah. Pandemi telah memberikan nuansa dan pengalaman besar kepada PMI untuk bergerak maju sesuai kebutuhan darurat bagi rakyat Indonesia.

"Kebutuhan transfusi plasma darah konvalesen dari penyintas Covid-19 untuk korban baru menjadi kesadaran baru bagi insan kesehatan dan masyrakat awam. Meski belum semua berhasil, menurut Prof Meutia, dari pengalaman yang sudah diperoleh, para ahli akan makin giat dan serius untuk mencari jalan untuk peningkatan keberhasilan menyembuhkan penderita COVID-19 yang baru, sampai nanti pandemi berakhir. Walaupun mungkin tidak berarti sudah lenyap, kewaspadaan masih tetap harus dipegang dan berbagai strategi mengatasi pandemi tetap harus ditingkatkan," ujar dia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021