Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan mengingatkan Anda terutama yang sudah dewasa tak abai pada vaksinasi lain di luar vaksin COVID-19 salah satunya influenza sebagai upaya mengurangi penyebaran virus influenza.

"Selama pandemi COVID-19, WHO merekomendasikan vaksinasi influenza untuk populasi rentan seperti tenaga kesehatan, lansia, anak kecil, ibu hamil, dan mereka yang mengalami kondisi medis kronis tertentu," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Immunologi RS Cipto Mangunkusumo, Prof. DR. dr. Samsuridjal Djauzi dalam sebuah acara daring, Jumat.

Baca juga: Pakar: dunia harus rasional sikapi kasus kematian vaksinasi Korsel

Orang dewasa berisiko terkena penyakit karena adanya risiko penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh faktor usia, pekerjaan, gaya hidup, perjalanan, atau kondisi kesehatan. Dengan vaksinasi, seseorang dapat menurunkan peluang terkena penyakit tertentu.

Vaksin flu misalnya, dapat menurunkan risiko serangan jantung atau komplikasi berat pada penderita diabetes dan penyakit paru-paru kronis.

Selain itu, vaksinasi juga dapat menurunkan kemungkinan menyebarkan penyakit, terutama pada orang atau komunitas yang mungkin tidak bisa mendapatkan vaksin tertentu karena usia atau kondisi kesehatan mereka.

Tak hanya vaksin flu, Anda juga disarankan tidak melupakan pentingnya pemberian vaksin rutin lain untuk dewasa seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Meningitis, Tdap dan PCV.

Hanya saja, Samsuridjal mencatat, selama pandemi terjadi penurunan vaksinasi secara umum, karena berbagai sebab antara lain ketakutan terpapar virus selama berada di fasilitas kesehatan, adanya pembatasan kerumunan dan kurangnya sumber daya manusia tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

Baca juga: Vaksinasi, cara hindari gangguan influenza selama musim liburan

Padahal, vaksin memiliki peranan penting untuk merangsang sistem imun membentuk antibodi yang bersifat spesifik. Kalaupun seseorang yang sudah divaksin masih terserang penyakit tertentu, maka diharapkan angka kesakitannya tak berat.

"Vaksin bekerja dengan cara membuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit tertentu secara efektif dan spesifik sehingga mencegah perkembangan penyakit atau mengurangi keganasan penyakit. Ini tidak hanya membantu melindungi individu, tetapi juga melindungi komunitas yang lebih luas dengan meminimalkan penyebaran penyakit," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro.

Mengomentari temuan terkait menurunnya cakupan vaksinasi, Sri mengaku khawatir kondisi ini memunculkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi terutama campak, polio dan difteri.

Agar hal ini tak terjadi, dia mengatakan imunisasi menjadi layanan kesehatan inti yang perlu diprioritaskan selama pandemi COVID-19. Apabila penyedia layanan imunisasi terkena dampak negatif COVID-19, maka negara perlu merancang strategi untuk mengejar ketertinggalan vaksinasi untuk periode pasca pandemi dan membuat rencana yang mengantisipasi pemulihan secara bertahap.

Sri merekomendasikan strategi imunisasi selama pandemi antara lain: mengatur jadwal kedatangan supaya tidak berkumpul terlalu lama, periksa apakah ada kontak dengan orang yang terkena COVID-19, bila ada riwayat maka tunggu 14 hari.

Kemudian, apabila tidak ada kontraindikasi, lakukan imunisasi sesuai jadwal, sediakan hand sanitizer, menjaga jarak 1-2 meter selama berada di ruang tunggu fasilitas kesehatan, jauhi orang yang sedang batuk pilek.


Baca juga: Pertolongan pertama saat terserang flu

Baca juga: Asia lakukan vaksinasi flu agresif untuk cegah komplikasi COVID-19

Baca juga: PM Inggris: Vaksinasi COVID-19 akan diberikan rutin seperti vaksin flu

"Strategi pemberian imunisasi mungkin perlu diadaptasi dan harus dilakukan dalam kondisi aman, tanpa membahayakan petugas kesehatan, pengasuh dan masyarakat," demikian tutur Sri.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021