Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto turun 
tangan menindaklanjuti persoalan siswa yang tidak bisa ikut ujian sekolah karena tak punya telepon seluler.

“Kami tindak lanjuti, nanti saya akan diskusikan dan komunikasikan terkait hal itu,” kata Uus di Jakarta Barat, Senin.

Dia akan mendiskusikan hal tersebut dengan jajarannya agar semua siswa bisa kembali bersekolah secara daring. Pihaknya juga meminta camat, termasuk Camat Palmerah Firmanuddin untuk memeriksa keadaan siswa di wilayahnya.

Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Barat Uripasih mengaku belum mendapat laporan dari pihak SMPN 286 Jakarta terkait siswa yang tidak punya telepon seluler (ponsel).

Pihaknya akan mengumpulkan seluruh kepala sekolah di seluruh tingkatan untuk menyisir siswa yang tidak punya ponsel. Rencananya, rapat digelar secara daring.

“Nanti akan kami sisir siapa saja siswa yang benar-benar keluarganya tidak memiliki ponsel. Nanti kami akan bantu lewat CSR atau bantuan alumni,” kata dia.

Pemberian ponsel, kata Urip, akan ditujukan bagi siswa yang keluarganya benar-benar tidak memiliki ponsel.

Baca juga: Anies susun rancangan pembelajaran untuk SMP-SMA
Baca juga: Dinkes DKI: Gerakan cuci tangan masuk modul pelajaran sekolah
Guru memberikan materi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada siswa baru secara daring di SMA Negeri 8 Jakarta, Senin (13/7/2020). Kegiatan MPLS dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di sekolah tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wsj.
Seorang pelajar SMP di Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, bernama Aditya Akbar, misalnya, tidak bisa mengikuti sekolah daring hingga ujian selama enam bulan lantaran tidak punya ponsel pintar.

Hal itu dia rasakan saat pertama kali menjadi siswa baru di SMP Negeri 286, hingga tak bisa mengikuti ulangan tengah semester.

“Mulai belajar daring sebenarnya dari kelas VI SD. Dulu ada ‘handphone’ bapak, tapi sekarang udah enggak ada karena rusak pas masuk SMP,” ujar Aditya di Jakarta, Senin.

Aditya memaklumi ayahnya tidak bisa membelikan ponsel baru, disebabkan sang ayah terkena PHK di bengkel tempatnya kerja sejak pandemi COVID-19.

Bahkan penghasilan ayah kurang dari Rp100.000 sehari sehingga tidak memungkinkan untuk membeli ponsel.

Adit mengatakan pihak sekolah telah mendatangi rumah petaknya di Jalan Cempaka Bawah RT10/07 Nomor 41 Kota Bambu Utara, Palmerah pada Jumat (23/10).

“Pihak sekah datang ke sini, karena saya tidak ikut sekolah daring dan ulangan,” kata Adit.

Namun pihak sekolah tak dapat berbuat banyak kepada Adit dan memberitahu orang tuanya untuk mengupayakan ponsel agar Adit bisa bersekolah.

Remaja penyuka pelajaran IPA tersebut hanya bisa pasrah tidak dapat lanjut mengikuti pelajaran sekolah, lantaran keterbatasannya saat ini.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020