Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyarankan agar pelaku usaha di Indonesia memanfaatkan dua momentum di tataran perekonomian global saat ini untuk meraih peluang aliran investasi asing.

"Saat ini kita harus memanfaatkan dua momentum di mana momentum pertama yakni demo besar-besaran yang terjadi di Amerika Serikat serta momentum kedua adalah masalah Hong Kong, keduanya merupakan pasar keuangan dunia," ujar Aviliani dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.

Aviliani mengatakan bahwa pelaku usaha dalam negeri bisa mengambil manfaat dari momentum tersebut karena aliran investasi mau tidak mau akan lari ke Indonesia. Sebenarnya terdapat hal-hal yang bisa diambil manfaatnya ketika ada kondisi yang stabil dan tidak stabil.

"Dari sisi pasar uang, terlihat dari penguatan nilai tukar Rupiah beberapa hari terakhir, artinya aliran dana investasi asing mulai masuk ke Indonesia lagi," katanya.

Baca juga: Bank Dunia proyeksikan ekonomi global mengkerut 5,2 persen pada 2020

Selain itu ekonom Indef tersebut juga menambahkan bahwa dari sisi sektor riil manfaat yang bisa diambil, pertama biasanya bergantung pada impor sekarang sudah mulai memanfaatkan substitusi impor.

"Sekarang merupakan momentum bagi pelaku usaha Indonesia untuk melakukan substitusi impor, dan hal ini mulai dilakukan oleh masyarakat secara tidak sadar," kata Aviliani.

Di samping itu, menurut dia, pelaku usaha dan industri saat ini harus berinovasi dan berkreatifitas untuk selalu melihat, dengan terlebih dahulu melihat pasar, di mana kalau sekarang tahu kondisi perilaku pasarnya berubah maka pelaku usaha dan industri harus menyesuaikan terhadap perubahan tersebut.

Baca juga: China akan jadikan vaksin COVID-19 sebagai "barang bebas global"

Sebelumnya Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai dunia usaha akan terbagi menjadi dunia usaha yang akan bertahan dan yang terempas di era normal baru atau new normal.

Dia juga mengatakan bahwa dunia usaha yang terempas artinya dunia usaha yang tidak mampu bertahan di era new normal saat ini. Alasan mereka terempas adalah karena tidak bisa mengikuti lingkungan baru atau perubahan yang terjadi.

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020