Salah satu contohnya anak ABK itu langsung bisa berjalan sendiri pakai tongkat setelah pulang dari Liverpool
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan berbagai indikator menjadi Kota Layak Anak yang telah diterapkan di "Kota Pahlawan" itu dalam forum United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)  bertajuk Child Friendly Cities Summit di Kota Cologn, Jerman, pada 15–17 Oktober 2019.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota Risma berbicara pada hari kedua pertemuan, Rabu (16/10), dalam sesi pleno Building Child Responsive Cities and Communities. Dalam forum tersebut, Risma membahas berbagai indikator menjadi Kota Layak Anak (KLA) yang telah diterapkan di Kota Surabaya.

"Berbagai indikator itu adalah suatu kota harus memastikan hak atas pendidikan anak-anak," kata Risma saat menjadi pembicara, sebagaimana dirilis Humas Pemkot Surabaya di Surabaya, Kamis.

Menurut Risma, Pemkot Surabaya menyediakan pendidikan gratis dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan menyediakan bus sekolah untuk antarjemput mereka (para pelajar).

"Kami fasilitasi bus sekolah untuk mendukung mobilitas anak-anak dari rumah ke sekolah setiap harinya," katanya.

Baca juga: Risma jadi pembicara kota layak anak di Forum UNICEF Jerman

Selain itu, pemkot juga memfasilitasi beasiswa bagi siswa yang berprestasi. Hingga saat ini, sekitar 1.600 siswa mendapat beasiswa itu. Mereka pun juga diberi perlengkapan sekolah gratis, seragam, buku, dan ada pula bantuan sepeda.

"Kami juga rutin mengirimkan guru dan siswa ke luar negeri untuk saling bertukar pengalaman dan pelatihan," ujarnya.

Beberapa waktu lalu, pemkot mengirim sekelompok pemain sepak bola muda berbakat untuk berlatih di Liverpool, Inggris. Setelah itu, pemkot kembali mengirim anak-anak ABK untuk belajar mandiri di Liverpool, Inggris, tepatnya di St.Vincent's School, Liverpool.

Wali Kota Risma pun menceritakan perjalanan mereka-mereka yang dikirim ke Liverpool berkat adanya "sister city".

"Ini manfaatnnya sangat luar biasa. Salah satu contohnya anak ABK itu langsung bisa berjalan sendiri pakai tongkat setelah pulang dari Liverpool," katanya.

Baca juga: Risma dianugerahi Doktor Honoris Causa di Tongmyong Univercity Korsel

Indikator lainnya, lanjut dia, tentang upaya suatu daerah atau kota itu bisa menciptakan lingkungan yang mendukung. Sejalan dengan itu, salah satu dari banyak upaya yang dilakukan pemkot, yakni membuat Kampung Pendidikan.

Bagi Risma, hal itu sebagai promotor KLA lantaran warga Surabaya juga ikut mendukung pertumbuhan anak-anak.

"Bahkan, di salah satu kampung, pada jam-jam tertentu anak-anak diwajibkan untuk belajar. Mereka sepakat untuk mematikan televisi secara serentak," katanya.

Upaya berikutnya yakni membudayakan kembali permainan tradisional untuk anak-anak.

Ia menjelaskan cara itu sebagai salah satu strategi mengajarkan kepada anak-anak tentang budaya lokal serta upaya mengurangi kecanduan gawai.

Untuk menunjang itu pula, kata Risma yang juga Presiden UCLG ASPAC itu, juga memastikan sudah membangun 524 lapangan olahraga dan 475 taman umum di Kota Surabaya.

"Semua fasilitas ini dapat diakses siapa pun dan tidak dipungut biaya sepeser pun," ujarnya.

Baca juga: Wali Kota Surabaya jadi pembicara transportasi berkelanjutan di PBB

Untuk memastikan nutrisi yang sehat, Pemkot Surabaya memiliki program pemberian makanan tambahan bagi balita, siswa prasekolah, dan anak yatim atau piatu. Semua itu, dilakukan setiap hari agar gizi dan asupan mereka terjamin.

Bahkan, di Surabaya juga ada gerakan 1.000 hari pertama kehidupan yang berlaku khusus bagi pasangan mulai dari pranikah, masa kehamilan, sampai anak mereka berusia dua tahun. Hal itu karena ASI dianjurkan.

"Makanya kami memastikan kesehatan ibu dan janin dengan nutrisi tambahan. Lalu peningkatan pencapaian jumlah menyusui eksklusif pun sudah terlihat," katanya.

Di samping itu pula, anak-anak di Surabaya juga dilibatkan dalam menjaga lingkungan. Siswa secara aktif terlibat melalui program bernama "eco-school dan urban farming". Mereka diajak berpartisipasi dalam menjaga lingkungan, ikut menjaga lingkungan, dan melakukan penanaman pohon.

Indikator lainnya yang tak kalah penting adalah menjamin hak dan perlindungan anak. Pemkot Surabaya terus berupaya melindungi anak dan warga secara keseluruhan. Oleh karena itu, lahir layanan Command Center 112, pemasangan CCTV lebih dari 1.200 unit, Family Learning Center, dan petugas linmas yang tersebar di berbagai titik di Kota Surabaya.

"Kemudian pemantauan rutin kios internet (warnet) untuk melindungi anak-anak dari konten daring yang berbahaya," katanya.

Ia juga mengajak semua pihak bersama-sama mendukung anak-anak karena semua anak mempunyai kesempatan menjadi orang yang lebih baik lagi.

Wali Kota Risma membagikan berbagai cerita anak-anak Surabaya yang awalnya terjerumus ke hal-hal negatif hingga akhirnya bisa ditolong dan didampingi oleh pemkot, lalu menjadi orang yang berhasil.

"Kita harus yakin bahwa mereka dapat berubah menjadi orang yang lebih baik," katanya.

Mengakhiri paparannya, Wali Kota Risma mengutip pernyataan Proklamator Indonesia Ir. Soekarno yang mengatakan, "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia".

Baca juga: Pemkot Surabaya bentuk tim pelayanan kedokteran nuklir-radioterapi
Baca juga: Surabaya jadi percontohan pengembangan kebudayaan di Indonesia
Baca juga: Wali Kota Surabaya paparkan terobosoan teknologi di forum UNIDO-PBB

 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019