Kalau mereka mau kembali (ke Manado) tidak apa-apa, tetapi kalau mau menetap di sini maka perlu kita dekati Dikti Wilayah XIV Papua dan Papua Barat.
Wamena (ANTARA) - Akademisi di Jayawijaya, Provinsi Papua Marthen Medlama mengatakan mahasiswa asal Jayawijaya yang pulang kampung akan sulit diterima di sejumlah kampus yang ada di wilayah itu.

Marthen Medlama di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Rabu, mengatakan tanpa surat pindah dari kampus asal maka mahasiswa yang kembali karena insiden rasisme belum tentu langsung melanjutkan kuliah.

Kalaupun mereka diterima tanpa surat pindah maka mereka akan memulai kuliah dari awal atau semester pertama. "Harus ada surat pindah baru kita bisa mengurus mereka masuk universitas atau kampus yang ada di Papua," katanya.

Baca juga: Kepala daerah se-Papua Barat berkumpul bahas isu kepulangan mahasiswa

Baca juga: Bupati Yahukimo sebutkan sebanyak 600 mahasiswa kembali ke Papua


Ketua STIMIK Agamua Wamena ini mengatakan jika orang tua ingin anak-anak mereka melanjutkan kuliah di Papua maka pemerintah provinsi harus bertemu Kepala LL Dikti XIV yang membawahi seluruh perguruan tinggi di Papua untuk mencarikan solusi.

"Kalau mereka pulang dan datanya masih ada di kampus asal, serta statusnya belum pindah maka mereka akan tercatat sebagai mahasiswa di kampus asal," katanya.

Marthen mengatakan hampir 200 orang pemuda-pemudi Jayawijaya yang kuliah di Manado sudah kembali ke Papua.

"Kalau mereka mau kembali (ke Manado) tidak apa-apa, tetapi kalau mau menetap di sini maka perlu dekati Dikti Wilayah XIV Papua dan Papua Barat," katanya.

Sebelumnya pemerintah Jayawijaya juga mengharapkan mahasiswa tetap melanjutkan kuliah di perguruan tinggi asal.*

Baca juga: Dewan Adat Papua apresiasi TNI siapkan dua pesawat untuk mahasiswa

Baca juga: Gubernur Papua Barat kumpulkan bupati bahas penanganan mahasiswa

Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019