Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto memastikan peristiwa penyerangan terhadap pendulang emas di Yahukimo tidak berkaitan dengan demo Papua yang berujung anarkis.

"Itu konflik horizontal saja antara penambang emas dari luar daerah dan penduduk setempat," kata Wiranto saat konferensi pers terkait dengan situasi Papua dan Papua Barat di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, konflik tersebut merupakan kelanjutan dari persoalan lama yang pernah terjadi dan tidak ada kaitannya dengan demo di Papua.

Saat ini, kata dia, aparat keamanan sudah berada di Yahukimo untuk memulihkan situasi keamanan di wilayah tersebut, termasuk mengevakuasi para pendulang emas.

Baca juga: Wiranto: Masih ada provokasi anarkis di Papua

"Sekarang aparat keamanan sudah di sana, kemudian 97 pendulang emas dari berbagai lokasi juga sudah dievakuasi," kata Wiranto.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol. Dedi Prasetyo menyebutkan ada lima orang pendulang emas yang diduga dianiaya dan tewas di Kabupaten Yahukimo, Papua.

Dugaan sementara, para korban diserang pelaku dengan menggunakan panah, tombak, dan parang.

TNI telah mengirim satu helikopter ke Kabupaten Boven Digoel, Papua, untuk memindahkan sebagian pekerja tambang yang dilaporkan selamat dari pembantaian di perbatasan Kabupaten Yahukimo, Papua.

Baca juga: Wiranto nyatakan akses internet di Papua sudah normal

Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letnan Kolonel Infanteri Candra Dianto di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Rabu (4/9), mengaku belum mengetahui jumlah korban yang dibantai kelompok masyarakat.

"Helikopter ini yang akan melakukan evakuasi, pertolongan terhadap masyarakat yang masih ada di lokasi," katanya.

Ia menyebutkan 273 warga pendatang yang takut diserang di Yahukimo telah mengungsi ke Kabupaten Boven Digoel, Papua.

"Informasi baru ada tambahan 30 orang pengungsi yang menyelamatkan diri dari lokasi tambang. Sebagian belum menyeberang sungai karena perahu cepat terbatas jadi masih menunggu antrean," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019