Pekanbaru (Antarariau.com) - Salah seorang pengamat politik dan dosen Fakultas hukum Universitas Riau (UR) Zulwisman mengulas tingkat partisipasi kalangan elit dan berduit Kota Pekanbaru pada Pemilihan Kepala Daerah Februari 2017 rendah, dibandingkan golongan masyarakat menengah ke bawah.
"Ini tampak dari hasil survey Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pekanbaru tentang penyebab rendahnya partisipasi pemilih pada 2017," kata Salah seorang pengamat politik dan dosen Fakultas hukum Universitas Riau (UR) Zulwisman di Pekanbaru, Jumat.
Menurut Zulwisman rendahnya partisipan kalangan elit dan status ekonomi mapan di Pekanbaru telah berdampak kepada tingkat partisipan Riau secara keseluruhan. Betapa tidak ulasnya dari data survey KPU tergambarkan pada Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Februari 2017 hanya 51,9 persen warga yang memilih.
Menurut pengamat hasil survey mencengangkan lagi ketika didapat ternyata masyarakat di kawasan pinggiran kota lebih aktif ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibanding kawasan perkantoran.
Dari status ekonomi dan lapangan pekerjaan survey juga menggambarkan pedagang lebih rajin datang ke TPS dibanding Aparatur Sipil Negara (ASN).
Selain itu sebut dia tingkatan usia yang muda dan belum menikah lebih banyak datang ke TPS dibanding yang sudah menikah, dan berumur.
Kemudian perempuan lebih banyak hadir dibanding laki-laki. Selain itu, non muslim lebih rajin datang ke TPS dibanding yang muslim.
"Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kehadiran di TPS, hasil survey ternyata, yang memiliki pendidikan lebih tinggi malas datang dibanding pendidikan yang lebih rendah. Selain itu makin besar pendapatan per bulan, ternyata semakin membuat orang semakin cuek dengan pesta demokrasi," tuturnya.
Jika dirangking jumlah penduduk Pekanbaru dari suku yang terbanyak adalah Melayu, selanjutnya Minang, Jawa, dan Batak di Pekanbaru.
Namun dari hasil survey yang terbanyak datang ke TPS malah sebaliknya, yakni terbanyak dari suku Batak, Jawa, Minang, dan Melayu.
"Jadi, bapak ibu, kalau bertanya sekarang, mengapa anggota DPRD-nya seperti ini dan itu, maka jawabnya adalah hasil survey itu, kita sendirilah yang akan mengubah nasib daerah kita sendiri, karena itu, jangan malas datang ke TPS," tambahnya.
Sementara itu Ketua KPU Kota Pekanbaru Amiruddin Sijaya membenarkan bahwa dalam beberapa kali penyelenggaraan Pemilu partisipasi cukup rendah, bahkan dalam Pilwako Pekanbaru yang dilaksanakan Februari 2017 lalu, angka partisipasi pemilih Pekanbaru hanya 51,9 persen.
Makanya sebut Amiruddin Sijaya pihaknya berharap Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 dapat terus sampai kepada masyarakat. Tentunya lewat upaya sosialisasi dan bantuan semua pihak termasuk media.
"Kita harapkan partisipasi pemilih kedepan akan semakin tinggi sesuai target dari pusat 77 persen, kalau bisa lebih dari itu," kata Sijaya menambahkan.
Berita Lainnya
Pengamat komunikasi politik: Ridwan Kamil berpotensi jadi Bacagub DKI Jakarta
05 March 2024 14:43 WIB
Pengamat politik sebut malas ke TPS jadi alasan pemilih pemula tak "nyoblos"
12 February 2024 16:43 WIB
Pengamat harap Indonesia bisa lebih tegas secara politik untuk Palestina
14 November 2023 17:01 WIB
Pengamat UI: Pasangan Prabowo-Gibran kokoh di tengah kontroversi politik dinasti
14 November 2023 10:51 WIB
Pengamat politik UIN Suska : Jangan terpecah belah karena pilihan
27 October 2023 20:10 WIB
Pengamat politik ingatkan perlunya pendidikan sadar politik untuk generasi Z
05 August 2023 14:43 WIB
Pengamat: Transaksi mahar penetapan nomor urut caleg turunkan popularitas partai
23 June 2023 13:04 WIB
Pengamat politik nilai bakal cawapres Ganjar Pranowo ditentukan Megawati
11 May 2023 10:28 WIB