Bank Dunia Peringatkan "Krisis Belajar" Global

id bank dunia, peringatkan krisis, belajar global

Bank Dunia Peringatkan "Krisis Belajar" Global

Washington, (Antarariau.com) - Bank Dunia pada Selasa (26/9) memperingatkan bahwa jutaan siswa muda di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat menghadapi kehilangan kesempatan dan upah yang lebih rendah di kemudian hari, karena kurangnya pendidikan yang baik.

"Anak-anak yang paling banyak mengalami kegagalan adalah yang paling membutuhkan pendidikan yang baik untuk sukses dalam kehidupan," pemberi pinjaman yang berbasis di Washington itu mengatakan dalam Laporan Pembangunan Dunia terbarunya, yang fokus pada pendidikan global.

Laporan tersebut menemukan bahwa hasil belajar selalu jauh lebih buruk bagi kelompok yang kurang beruntung, seperti anak-anak miskin, anak perempuan, anak-anak cacat, etnis minoritas. Selanjutnya, kelompok-kelompok ini tidak terdaftar di sekolah atau kemungkinan besar tidak sekolah. Bank menamai kekurangan yang parah ini sebagai "krisis belajar".

"Krisis belajar ini memperlebar kesenjangan sosial dan bukannya mempersempit mereka," kata laporan tersebut. "Siswa muda yang sudah dirugikan oleh kemiskinan, konflik, jenis kelamin atau kecacatan mencapai usia dewasa muda bahkan tanpa keterampilan hidup paling dasar sekalipun," tambahnya.

Namun demikian, tidak semua negara-negara berkembang mengalami kesenjangan belajar yang ekstrem, ketika banyak yang jauh tertinggal dari tingkat yang mereka cita-citakan, kata laporan tersebut.

Menurut laporan tersebut, rata-rata siswa di negara-negara miskin berkinerja buruk lebih dari 95 persen dari siswa di negara-negara berpenghasilan tinggi; banyak siswa berkinerja tinggi di negara-negara berpenghasilan menengah akan berada di posisi terbawah di negara yang lebih kaya.

"Krisis belajar ini adalah krisis moral dan ekonomi," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam siaran persnya, Selasa (26/7).

Bank Dunia menyarankan negara-negara untuk melakukan penilaian pembelajaran yang serius guna melacak dan memperbaiki pendidikan.

Bank juga meminta negara-negara untuk "membuat sekolah bagi semua peserta didik" serta mengatasi hambatan teknis dan politis dalam proses belajar-mengajar.