Pekanbaru, (Antarariau.com) - Industri kreatif di Kota Pekanbaruberupa madu dan produk turunannya dari lebah tanpa sengat, atau yangdalam bahasa Melayu Riau disebut "Kelulut", mulai diminati konsumen
sehingga pelaku usahanya sulit untuk memenuhi permintaan pasar.
"Produk madu kelulut ini tergolong baru dan banyak yang mencarinyasehingga permintaan sangat banyak bukan hanya dari Pekanbaru,melainkan juga dari daerah di Jawa seperti Wonosobo dan Cirebon. Kami
sampai kewalahan karena permintaan lebih besar daripada produksimadunya yang bersifat musiman," kata pendiri industri kreatif "MaduAtook", Sendy, kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Pelaku usaha "Madu Atook" adalah salah satu peserta pada FestivalIndustri Kreatif Riau (FIKR) 2016. Festival ini terselenggara atas kerjasamaKantor Berita Antara Biro Riau, Bank Indonesia Provinsi Riau dan
Sinarmas Group. Festival Industri Kreatif Riau 2016 akan berlangsungpada 17 Desember 2016 di Pelataran Parkir BI Perwakilan Riau Jalan
Jenderal Sudirman, Pekanbaru mulai pukul 08.00 WIB. Bersamaan denganitu juga digelar seminar di lantai tiga ruang serbaguna BI Riau.
Sendy menjelaskan, madu "kelulut" punya potensi besar untukdikembangkan di Riau karena lebah tanpa sengat ini bisa dibudidayadengan aman meski dekat dengan permukiman, selama terdapat banyak
pohon buah-buahan. Ia mulai merintis bisnis sejak dua tahun laludengan melibatkan petani di dua lokasi, yakni Danau BingkuangKabupaten Kampar dan Danau Buatan di Kota Pekanbaru.
"Produk yang kami tawarkan berupa madu, dan produk turunannyaberupa sabun mandi," ucapnya.
Menurut dia, khasiat madu kelulut cukup tinggi karena adakandungan propolis sebagai antibiotik alami untuk mengobati penyakitdiare, radang tenggorokan karena bakteri, dan penyakit infeksi.
Sementara itu, sabun mandi, yang merupakan produk turunannya,mengandung propolis dan dicampur dengan minyak zaitun dan minyak sawitperasan pertama (virgin CPO), sehingga berkhasiat untuk mengobatiluka, bisul dan kurap.
"Madu Atook ini secara rutin dipesan oleh Poliklinik Bagian Bedahdi RSUD Arifin Achmad untuk pengobatan luka bakar, luka bekas operasidalam mempercepat pengeringan luka pada pasien," tutur Sendy.
Ia mengatakan lebah kelulut merupakan satwa liar yang biasabersarang di rongga pohon yang lapuk di daerah dengan banyakbuah-buahan dan juga disepanjang aliran sungai besar. Untuk memudahkan
pemanenan, Sendy merelokasi sarang tersebut ke tempat yang lebih amandan ditanami pohon buah untuk sumber makanan lebah.
Proses pemanenan menggunakan teknik penyedotan dengan alat khusussupaya higienis. Madu dipanen 2-3 bulan sekali dengan produksi madu didaerah Danau Buatan mencapai 40-50 kilogram per panen, sedangkan diDanau Bingkuang mencapai 20 kilogram karena masih baru dibentuk.
Produk Madu Atook dijual dalam kemasan satu liter dan 250mililiter dengan harga masing-masing Rp550 ribu dan Rp150 ribu perunit. Sementara itu, harga sabun mandinya mencapai Rp35 ribu per unit.
"Omzet usaha rata-rata dalam sebulan Rp5 juta hingga Rp6 juta.
Usaha ini membuka lapangan kerja untuk tujuh orang, termasuk petaniyang menjaga saranya," pungkas Sendy.
Berita Lainnya
Menuai manisnya madu lebah kelulut di jantung Borneo
29 January 2024 11:48 WIB
Bisnis madu Kelulut yang makin yahud
31 December 2021 16:56 WIB
Menikmati madu kelulut di Kuok bersama Ipemi Kampar
30 December 2021 21:26 WIB
Mencegah Karhutla, Madu langka mereka dapat (bagian-1)
09 March 2020 23:16 WIB
Mencegah Karhutla, Madu langka mereka dapat (bagian 2-habis)
09 March 2020 23:11 WIB
Dosen Universitas Riau amati perilaku lebah saat gerhana matahari
28 December 2019 17:23 WIB
Manisnya madu kelulut cegah kebakaran lahan gambut
09 October 2019 20:41 WIB
Dibantu RAPP, Madu Kelulut Sungai Mandau bakal diolah jadi sabun
30 March 2019 14:37 WIB