Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, mencatat harga bumbu dapur seperti cabai merah dan tomat di wilayah setempat mulai alami kenaikan berkisar 10-15 persen.
"Memang hasil pemantauan kami hari ini harga cabai merah asal Bukittinggi di beberapa pasar Pekanbaru naik 10-15 persen," ungkap Kepala Bidang Perdagangan, Disperindag Pekanbaru, Masirba Sulaiman, di Pekanbaru, Kamis.
Masirba mendapati bukan hanya cabai merah yang naik, cabai rawit juga justru alami kenaikan signifikan mencapai Rp4.000/kg.
"Kalau sebelumnya harga cabai rawit hanya Rp36.000/kg kini naik jadi Rp40.000/kg," urainya.
Selain cabai bumbu dapur lainnya yang juga alami kenaikan adalah tomat sayur.
Di Pekanbaru ada dua jenis tomat yang ditawarkan pada pasar tradisional setempat, pertama ukuran kecil yang dipasok dari Sumbar disebut tomat sayur.
Sementara jenis satunya lagi ukuran besar atau biasa disebut tomat buah atau tomat Medan.
Data dari pedagang menunjukkan ada kenaikan pada kedua jenis tomat tersebut dengan masing-masing dikisaran Rp1.000-Rp2.000/kg.
"Tadi pagi memang ada kenaikan pada tomat sayur yang berukuran kecil dari Rp9.000/kg menjadi Rp10.000/kg," bebernya.
Demikian juga bagi tomat Medan naik dari Rp12.000/kg menjadi Rp14.000/kg.
Masirba menambahkan kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok ini dikarenakan pasokan beberapa bumbu dapur tersebut berkurang ke Pekanbaru. Ini dikarenakan produksi komoditas tersebut dari sentra penghasil memang lagi berkurang.
Pemasok mengaku rata-rata alami kekurangan suplay dari sentra
Karena panen yang tidak merata.
"Maka sentra yang menjadi andalan Pekanbaru untuk komoditas tersebut seperti Bukittinggi, Payakumbuh dan Brastagi, Medan, alami penurunan pengiriman," tambahnya.
Desi salah satu ibu rumah tangga di Pekanbaru, mengaku beberapa bulan ini perekonomian seret. Daya beli menurun dengan sedikitnya penghasilan yang didapatnya dari berjualan lontong sayur. Sementara disisi lain harga kebutuhan dasar termasuk bahan bumbu pembuat dagangannya naik.
"Terasa krisisnya, apa-apa mahal, yang belanja tidak ada," keluhnya singkat.
Mak Ema salah seorang pedagang gorengan di seputaran kompleks perkantoran Pemerintah Kota Pekanbaru, turut mengeluhkan.
Ia yang sudah menggeluti profesinya dua tahun terakhir ini merasa panik. Karena sejak Januari hingga kini omzet dagangan gorengannya turun separuh.
"Biasanya banyak yang borong para pegawai kantoran, sekarang sepi. Cuma buat 300 potong aja sudah susah lakunya," bebernya.
Ia mengaku daya beli masyarakat turun karena tidak ada uang yang beredar dimasyarakat. Seperti pencairan. APBD Pekanbaru yang masih tertunda. Membuat para pegawai juga membatasi belanjanya.