Disbun Riau Minta Hilirisasi Produk Karet Diwujudkan

id disbun riau, minta hilirisasi, produk karet diwujudkan

Disbun Riau Minta Hilirisasi Produk Karet Diwujudkan

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Perkebunan Provinsi Riau meminta Presiden Joko Widodo untuk segera membuat regulasi tentang hilirisasi karet Indonesia diwujudkan, sehingga harga karet tidak harus selalu ditentukan oleh ekspor produk mentah atau setengah jadi.

"Kita harus dorong pemerintah untuk membuat regulasi tentang hilirisasi, karena jika kita mengandalkan ekspor karet mentah atau setengah jadi, maka harganya akan terus ditentukan oleh negara luar," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Zulher di Pekanbaru, Senin.

Menurutnya hilirisasi perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga karet. Saat ini, katanya, Indonesia mengekspor karet alam atau setengah jadi ke beberapa negara di Eropa, Negera Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat.

"Tapi harga karet ditentukan permintaan oleh negara tujuan ekspor," jelasnya kepada Antara.

Lebih dari itu, lanjutnya, perlambatan ekonomi yang terjadi di negara mereka mengakibatkan permintaan karet juga turun. Oleh sebab itu, Disbun Riau mendorong kepada pemerintah, terutama pemerintahan baru untuk wujudkan hilirisasi dan tidak hanya mengekspor produk mentah.

Ia menjelaskan Indonesia merupakan negara konsumsi produk jadi berbahan karet yang besar seperti ban kendaraan, sarung tangan, dan beberapa produk hilir dari karet.

Saat ini, tambahnya, Indonesia juga merupakan produsen karet alam kedua terbesar di dunia setelah Thailand dengan jumlah produksi sebanyak tiga juta ton karet alam per tahun. Akan tetapi, hanya 450.000 ton yang digunakan didalam negeri.

"Indonesia merupakan eksportir karet terbesar kedua setelah Thailand, tiga juta ton karet alam dihasilkan pertahun, namun hanya 450.000 ton yang digunakan di dalam negeri," ujar dia.

Sementara itu di provinsi lain, Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Dewan Karet Indonesia sudah menerapkan hilirisasi industri karet di Indonesia melalui pilot project yang dikembangkan di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.