Pekanbaru (ANTARA) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Riau, menyatakan optimis akan pertumbuhan ekonomi setempat sebesar 3-4 persen pada tahun 2022, dengan ceteris peribus pandemi COVID-19 bisa ditekan seperti saat ini dan inflasi terjaga.
"Kami berani nyatakan begitu dengan ekspektasi membaiknya sektor pertambangan , dengan asumsi pandemi COVID-19 terkendali dan aktifitas pertambangan dan perkebunan tidak turun drastis," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Maria Cahyaning Tyas di Pekanbaru, Jumat.
Selain dari sektor Crude Palm Oil, kinerja pertambangan terutama minyak bumi juga diperkirakan akan membaik.
Termasuk didorong oleh perbaikan lifting pasca peralihan pengelolaan Blok Rokan.
"Permintaan dari mitra dagang terhadap komoditas utama Riau diperkirakan masih akan tetap tinggi di 2022. Hal ini karena CPO merupakan bahan baku dasar produk daily needs," kata Tyas.
Dikatakan dia inflasi yang terjaga juga jadi faktor penting, karena akan mampu mengendalikan harga bahan pangan hingga menyambut Natal dan Tahun Baru.
"BI terus mendorong kerjasama daerah lewat TPID dan stok yang ada saat ini masih dalam posisi surplus. Sehingga jika Riau bisa mempertahankan ini hingga akhir tahun 2021 maka angka inflasi akan sesuai target nasional 3 plus minus 1.
Ia juga memaparkan kondisi perekonomian Riau triwulan IlIl-2021 pada periode tumbuh sebesar 4,104 (yoy), meski realisasi tersebut lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,144, yoy).
"Akselerasi pertumbuhan terjadi pada konsumsi pemerintah dan investasi disertai pertumbuhan yang tetap tinggi pada ekspor LN," kata dia.
Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya permintaan dan harga komoditas global, mendorong masih positifnya pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur.
Secara sektoral, struktur perekonomian Riau ditopang oleh tiga sektor utama berbasis Sumber Daya Alam (SDA) yaitu sektor industri pengolahan, manufaktur sekitar 32 persen, sektor pertanian perkebunan, kehutanan sekitar 28 persen, dan sektor pertambangan sekitar 16 persen.
"Sekitar 32 persen didominasi oleh manufaktur berbasis SDA, yaitu manufaktur minyak kelapa sawit , CPO dan turunan, kelapa, dan manufaktur bubur kertas dan kertas," ungkapnya.
Kemudian, 28 persennya didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, kelapa, dan perkebunan karet, serta hutan tanaman industri (HTI) untuk bahan baku bubur kertas dan kertas.
Sisanya, 16 persen didominasi oleh pertambangan minyak bumi. Di mana, Riau produsen minyak bumi ke-2 terbesar di Indonesia. Namun, lifting minyak yang terus menurun menyebabkan sektor pertambangan bersifat menarik ke bawah pertumbuhan ekonomi Riau.
"Lalu, untuk sektor pertambangan berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Riau seiring terus menurunnya lifting migas," tukasnya.
Berita Lainnya
Optimisme ekonomi Riau tumbuh membaik pada 2024
15 March 2024 19:20 WIB
Sri Mulyani sebut ekonomi RI mampu tumbuh baik di tengah proyeksi perlambatan
07 February 2024 17:03 WIB
BPS catat ekonomi Riau 2023 tumbuh 4,21 persen untuk seluruh lapangan usaha
07 February 2024 11:01 WIB
BPS: Ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 persen pada triwulan IV-2023
05 February 2024 15:14 WIB
Wamenkeu Suahasil sebut konsumsi masyarakat kunci ekonomi 2024 tumbuh 5,2 persen
21 December 2023 14:10 WIB
Kemarin, harga emas naik hingga Gubernur Bank Indonesia optimis ekonomi tumbuh 6,1 persen
30 November 2023 10:40 WIB
Ekonomi Riau tumbuh solid sebesar 4,02 persen di tengah gempuran ketidakpastian perekonomian global
30 November 2023 7:44 WIB
Menperin sebut manufaktur tumbuh 5,2 persen bukti industri topang ekonomi
07 November 2023 16:06 WIB