Tiada Hari Tanpa Gulai Patin Asam Pedas

id tiada hari, tanpa gulai, patin asam pedas

Sama halnya dengan rendang Padang, di Sumatera Barat, gulai Asam Pedas Ikan Patin, juga merupakan satu menu yang diwajibkan dihidangkan dalam tiap acara keluarga di Provinsi Riau, tiada hari bisa dilewatkan tanpa gulai asam pedas ikan patin.

Bahkan gulai asam pedas ikan patin merupakan hidangan kas Melayu dan sebuah prestise khususnya pada acara menanti menantu datang, 'manjalang mintuo' atau menjelang mertua, hingga perhelatan atau pesta kawinan, dan sunnatan.

Menurut Nita (29), asal daerah Bangkinang, Riau, biasanya sang menantu bersama suaminya datang guna memperkuat silaturrahmi, pada Idul Fitri, menjelang ramadhan ke rumah mertua dengan bawaan rantang berisi asam pedas ikan patin, bersamaan dengan nasi, sayur, kue-kue juga goreng-gorengan.

Rasanya tidak etis jika sang menantu tidak membawa isi rantangannya dengan gulai asam pedas ikan patin. Dan sebaliknya seorang mertua akan selalu menghidangkan gulai asam pedas ikan patin jika menyambut sang menantunya datang.

"Sedangkan ikan patin yang paling gurih diolah untuk asam pedas adalah ikan yang berasal dari sungai Taratak Buluh dan Sungai Kampar Kabupaten Kampar, dan harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan melalui keramba," kata Nita yang juga mahasiswa pasca sarjana pada salah satu perguruan tinggi negri di Padang itu.

Ikan patin keramba biasanya harganya mencapai Rp15 ribu per kg atau lebih murah dari ikan patin asal sungai yang bisa mencapai Rp20 ribu per kg itu," kata

Harga ikan patin asal tangkapan dari sungai-sungai lebih mahal karena ikan tersebut tidak begitu amis dan lebih gurih kalau di asam pedas. Di Bangkinang asam pedas ikan patin sering disebut 'pongek ikan patin'.

Selain gurih, ternyata asam pedas ikan patin sudah mentradisi dan terus menjadi menu wajib bagi tiap keluarga di Porvinsi Riau.

Bahkan seorang Wali Kota Padang, Sumatera Barat, DR H. Fauzi Bahar, MSi, tak pernah melewatkan sama sekali untuk terus menikmati kuliner khas Melayu, Provinsi Riau yakni gulai "asam pedas ikan patin".

"Gulai asam pedas ikan patin, semacam hidangan wajib dan khas Melayu. Jika tidak memakan asam pedas itu tak berselera rasanya untuk makan," katanya.

Bahkan, katanya tiap berangkat ke Pekanbaru misalnya Idul Fitri 1433 Hijirah mengunjungi ibu mertua, Fauzi terus berpesan meminta ibu mertuanya agar dibuatkan asam pedas ikan patin.

Lucunya saking tergodanya dengan aroma gulai (non santan) asam pedas ikan patin itu, Fauzi justru lupa bahwa saat itu dirinya sedangkan menunaikan ibadah pusa sunat bulan syawal.

"Pada kunjungan ke ibu mertua, tepatnya Jumat, saya sudah berada di rumah ibu mertua. Hidangan asam pedas ikan patin sudah tersedia di meja makan," katanya dengan aroma masakan itu yang begitu menggoda dirinya langsung makan.

Beberapa menit kemudian, baru teringat jika dirinya sedang puasa namun apa mau dibuat asam pedas ikan patin sudah dicicipi. Akan tetapi ibu mertuanya Hj Zaleha mengatakan bahwa hari Jumat adalah hari besar Islam, nah besok kan juga bisa puasa.

Fauzi mengaku telah melanjutkan lagi puasa sunat bulan syawalnya di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat setelah selesai menghadiri pembukaan PON XVIII Riau di Kota Pekanbaru.

Cara mengolahnya

Ibu Hj Zaleha mengatakan masakan asam pedas ikan patin asing cukup gampang diolah, dimana untuk satu kg ikan patin (sungai) disediakan bumbu kunyit sedikit, dan lengkuas digiling. Serai dua batang, diantaranya ada yang diiris-iris dan dimemarkan. Berikutnya 5 siung bawang merah dan dua siung bawang putih.

Bawang merah dan bawang putih ditumis terlebih dahulu dan setelah matang dimasukan semua bumbu yang digiling dan dimemarkan tadi. Tambahkan air secukupnya, dan setelah mendidih baru masukkan ikan patin.

"Ketika ikan patin sudah menyatu dengan bumbu-bumbu baru masukkan asam kandis atau air asam jawa serta bubuhi sedikit bumbu penyedap rasa seperti royco. Hindangan siap disajikan dan paling enak dimakan sewaktu hangat.

Pada penyelenggaraan PON 2012, Pondok Patin HM Yunus yang menyediakan gulai asam pedan ikan patin seolah menjadi tempat kuliner wajib.

Begitupula dengan sejumlah rumah makan lainnya yang menyediakan gulai asam pedas ikan patin, yakni Sinar Kampar dan gulai ikan baung disamping terkenal pusat kuliner Ratu Kuring, Hj Upik itu.

Yang lainnya juga menyediakan gulai asam pedas ikan patin, yakni rumah makan Puti Buana di Jalan Pepaya dan tiga cabang lainnya tersebar di Pandau Pasie, Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, berikutnya di Jalan Kaharuddin depan Kampus Universitas Islam Riau dan Jalan Sudirman atau sebelah kantor Konsulat Malaysia itu menyediakan rata-rata 5 kg per hari gulai asam pedas ikan patin.

Mike manajer Puti Buana mengatakan gulai (non santan) asam pedas ikan patin itu laris terjual dinikamti oleh para peserta PON pada pagi hari karena dinilai ikan yang baru saja ditangkap lebih enak di masak dan dimakan pagi hari.