Jakarta (ANTARA) - Perubahan drastis kebijakan Amerika Serikat dari pemerintahan baru Joe Biden akan berimplikasi pada perekonomian dunia yang lebih ramah lingkungan termasuk memperbesar peluang pendanaan program hijau di Indonesia.
"Saya perkirakan perubahan presidensial ini berpengaruh besar pada perubahan kebijakan lingkungan," kata Guru Besar Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Prof Emil Salim dalam "Indonesia Environment Talks 2020 #5: Menakar Kebijakan Amerika Serikat tentang Lingkungan, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim di era Presiden Joe Biden dan Wapres Kamala Harris" yang diadakan Environment Institute di Jakarta, Sabtu.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup di era Presiden Soeharto itu mengatakan era kebijakan Donald Trump dari Partai Republik yang probisnis, termasuk pada pengusaha penghasil minyak, trennya akan berubah di era Biden yang telah memberi gambaran akan terjadi perubahan besar secara drastis, bukan kecil-kecilan.
Saat ini sedang dipersiapkan White House Climate Council, yang setara dengan entitas dalam negeri dan ekonomi Amerika Serikat, menunjukkan isu lingkungan dan perubahan iklim menjadi arus utama kebijakan dalam negeri dan luar negerinya, ujar Emil Salim.
Jika Washington yang menjadi pusat pemerintahan Amerika Serikat berubah orientasi ke pembangunan berkelanjutan dan didukung kebijakan Menteri Keuangannya secara radikal, itu akan mengubah pula International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia ke arah yang sama.
“Besar harapan saya sustainable development benar-benar terjadi dan dunia akan selamat dari perubahan iklim yang dampaknya juga negatif bagi Indonesia. Kenaikan muka air laut, banjir, pulau tenggelam di 2030 hingga 2045 bisa berubah, karena ada perubahan dari Washington," ujar Emil Salim memprediksi jika Joe Biden benar mengangkat anggota Gubernur Federal Reserve Lael Brainard yang dikenal sebagai ekonom yang sangat perhatian untuk urusan penangan perubahan iklim.
Terkait komitmen Indonesia mereduksi emisi global dan meningkatkan ketahanan iklim, dosen Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia dan Pendiri Environment Institute Mahawan Karuniasa juga mengatakan Indonesia perlu proaktif untuk memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kerja sama bilateral dengan Amerika Serikat dalam pendanaan maupun investasi hijau.
Menurut Mahawan, pemerintahan Biden akan memperbesar peluang pendanaan hijau di Indonesia.
Hadir juga dalam diskusi tersebut Siswanto yang merupakan pakar politik dari LIPI, Fabian Pascoal dari Masyarakat ASEAN Los Angeles, dan Arifi Saiman yang merupakan Konsulat Jenderal RI di New York dan memberikan catatan tetap pentingnya menjaga persahabatan dengan Partai Republik, sebagai bagian dari masyarakat dan sistem demokrasi di Amerika Serikat.
Saat ini Indonesia sedang menyiapkan dokumen Long Term Strategy-Low Carbon and Climate Resilient (LTS-LCCR). Angin perubahan yang sedang terjadi di Amerika Serikat dengan pemerintahan Biden tentunya akan memberikan dukungan positif dalam berbagai kebijakan Indonesia dalam transisi menuju pembangunan yang ramah lingkungan.
Berita Lainnya
Emil Salim sebut RUU Cipta Kerja belum pikirkan adanya dampak jangka panjang
16 July 2020 12:30 WIB
Emil Salim dorong pemerintah untuk terus genjot pembangunan di daerah
17 February 2020 16:00 WIB
BRIN sebut kemunculan banyak siklon tropis indikasi perubahan iklim di Indonesia
18 March 2024 14:45 WIB
Vietnam minta Dewan Keamanan PBB lebih aktif atasi dampak perubahan iklim
16 February 2024 14:07 WIB
TNI tanam 4.000 bibit pohon di Bengkulu jaga bumi dari perubahan iklim
15 January 2024 16:56 WIB
Pemberdayaan wanita dan kesetaraan gender perkuat aksi mitigasi perubahan iklim
08 December 2023 12:11 WIB
Aktif mitigasi perubahan iklim, 17 desa binaan APP Group raih ProKlim Lestari dan Utama dari KLHK
24 October 2023 19:35 WIB
ASEAN-BAC kolaborasi kolektif inklusif untuk atasi perubahan iklim
02 September 2023 14:36 WIB